Minggu, 12 Mei 2013

gangguan fisik motorik anak usia dini


A.   Pengertian Gangguan Perkembangan Fisik Motorik
Gangguan merupakan halangan, rintangan, ataupun sesuatu hal yang menyebabkan ketidakwajaran atau ketidaknormalan.[1] Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Apabila fisik mengalami gangguan atau hambatan dalam perkembangannya, maka kemampuan motorik pun akan ikut terhambat. Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek yaitu  sistem syaraf, otot, kelenjar endokrin, dan struktur tubuh atau fisik. Sistem syaraf sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi. Otot-otot mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik. Kelenjar endokrin menyebabkan munculnya tingkah laku baru. Struktur fisik atau tubuh meliputi tinggi, berat, dan proporsi. Aspek fisik yang paling penting adalah otak sebagai pusat atau sentral perkembangan dan fungsi perkembangan. Otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi perkembangan individu lainnya. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, dan otak. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot –otot besar, sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagai anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih
Perkembangan motorik anak:
1.    Keterampilan atau gerakan kasar (motorik kasar) seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga.
2.    Keterampilan motorik halus (motorik halus) atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan[2]
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mengontrol setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Sebaliknya, jika susunan syaraf otak mengalami gangguan, maka hal tersebut berdampak pula pada kemampuan koordinasi fisik motorik anak. Gangguan perkembangan fisik motorik berarti ketidakwajaran yang terjadi pada bagian-bagian tubuh dan menjadi hambatan dalam perkembangan pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot-otot yang terkoordinasi.[3]
Dalam perkembangan motorik anak, perkembangan motorik yang mengalami gangguan berarti perkembangan motorik yang berada di bawah normal umur anak. Akibatnya, pada umur tertentu anak tidak menguasai tugas perkembangan yang diharapkan kelompok sosialnya. Banyak penyebab terjadinya gangguan perkembangan motorik, sebagian dapat dikendalikan dan sebagian tidak. Hal itu dapat timbul dari kerusakan otak pada waktu lahir atau kondisi pralahir yang tidak menguntungkan, Akan tetapi, gangguan lebih sering disebabkan kurangnya keterampilan motorik. Proses perkembangan seorang anak tidak berarti bertambah besar atau bertambah usia saja, akan tetapi juga bertambah berat, pandai dan terampil. Aktifitas bermainnya pun bertambah, melalui bermain anak dapat belajar, untuk melakukan aktivitas bermain ia perlu gerak, karena itu kemampuan gerak merupakan aspek penting yang merupakan pendukung bagi perkembangan anak secara keseluruhan. Apabila anak mengalami gangguan dalam perkembangan motoriknya, akan mengakibatkan anak akan mengalami gangguan dalam melakukan gerak dan juga gangguan pada perkembangan motorik anak akan menghambat akses pada sumber-sumber eksternal serta regulasi emosi dan kecerdasan.


B.   Gangguan Perkembangan Fisik Motorik yang Sering di alami Anak
1.    Gangguan dalam Perkembangan Fisik Anak 
Menurut Rusda Koto dan Sri Maryati (1994).[4] dalam perkembangannya mungkin ditemukan beberapa gangguan fisik  pada anak diantaranya adalah:
a.    Gangguan Fungsi Pancaindra
Gangguan fungsi pada pancaindra yang banyak menimbulkan masalah pada anak adalah gangguan pada indra penglihatan dan pendengaran. Kekurangan daya penglihatan maupun mendengar dapat di ketahui bila derajat penyimpangannya sedah cukup besar dari yang normal. Sebaliknya, apabila taraf kekurangannya masih ringan, cukup sulit untuk mendeteksi kesulitan yang di hadapi anak.
b.    Cacat Tubuh
Cacat tubuh umumnya terdapat pada tangan, kaki atau wajah. Apabila seorang anak mengalami cacat tubuh pada tangan atau kaki maka perkembangannya akan mengalami gangguan karena pada masa usia dini kemampuan tubuh sangat penting untuk menunjang perkembangannya.
c.    Kegemukan (Obesitas)
Kegemukan sering kita temui pada anak usia dini, dan orang tua kadang kala membiarkan atau bahkan senang dengan kegemukan anak karena anak tampak lucu dan menggemaskan. Kegemukan anak sejak dini perlu diwaspadai karena berbahaya bagi perkembangan selanjutnya. Kegemukan dapat membahayakan kesehatan yang dapat berakibat penyakit jantung, diabetes (kencing manis ), dan tekanan darah tinggi. Cara terbaik yang biasa dilakukan ialah dengan mengatur pola makan dan rajin olah raga.
d.    Gangguan gerakan peniruan (stereotipik)
Gejala yang tampak pada dari gangguan stereotipik adalah gerakan motorik kasar (gross motor movement ) yang tidak wajar. Gerakan yang disebabkan karena kebiasaan tetapi mempunyai akibat yang tidak baik
e.    Malnutrisi (Kurang gizi)
            Pendapat popular menyatakan bahwa masalah kurang gizi biasa ditemui pada anak- anak di dunia ketiga/negara miskin. Pendapat ini tidak sesungguhnya tepat, karena di negara yang telah majupun masih juga ditemui masalah anak yang kekurangan gizi. Semua ini ternyata lebih kepada pola pengaturan makanan yang sehat dan seimbang. Anak yang mengalami malnutrisi akan tampak pada penampilan fisiknya. Dibutuhkan kombinasi antara pengaturan pola makan dan asupan makanan serta kepedulian orang tua untuk melihat adanya tanda- tanda kekurangan gizi pada anak. Di Indonesia pemerintah telah menggalang program gerakan “4 sehat 5 sempurna”, serta program pemberian makanan tambahan bagi anak di puskesmas. Posyandu serta sekolah- sekolah.

2.  Gangguan dalam Perkembangan Motorik Anak
a.      Gangguan dalam Motorik Kasar
            Ketidak mampuan mengatur keseimbangan. Anak- anak yang mengalami kesulitan dalam mengatur keseimbangan tubuhnya biasanya juga memiliki kesulitan dalam mengontrol gerakan anggota tubuh sehingga terkesan gerakannya ragu- ragu dan tampak canggung. Diketahui kurang lebih 80% dari jumlah anak yang memiliki gangguan perkembangan juga mengalami kesulitan pada pengaturan keseimbangan tubuh. Masalah pengaturan keseimbangan tubuh ini berhubungan dengan sistem vestibular atau sistem yang mengatur keseimbangan di dalam tubuh. Jika tidak segera ditangani, kesulitan ini akan dibawa terus oleh anak sampai saat mereka sekolah dan akan mengakibatkan masalah lain, yaitu dalam hal membaca dan menulis.
          Reaksi kurang cepat dan koordinasi kurang baikØ
Salah satu perkembangan motorik pada anak yang perlu diperhatikan adalah kemampuan bereaksi yang semakin cepat, koordinasi mata-tangan yang semakin baik, dan ketangkasan serta kesadaran terhadap tubuh secara keseluruhan. Namun, ada anak yang lambat dalam bereaksi. Koordinasi gerakannya juga tampak kacau sehingga sering kali disebut “ceroboh” dan menjadi bahan ejekan temannya. Hal yang menyebabkan masalah tersebut ada 2 yaitu karena anak kurang diberi kesempatan untuk berlatih dan ada kemungkinan anak mempunyai masalah dalam syaraf motoriknya. Untuk alasan yang terakhir ini orang tua perlu mengkonsultasikannya dengan dokter.
b.      Gangguan dalam Motorik Halus
            Belum bisa menggambar bentuk bermakna. Kegiatan menggambar merupakan hal yang menyenangkan bagi sebagian besar anak. Namun yang perlu diwaspadai adalah jika anak belum dapat menggambar beberapa bentuk yang tergabung dengan baik menjadi satu bentuk yang lebih bermakna. Maka kemampuan anak dalam mempersepsi apa yang ada di sekitarnya perlu dipertanyakan.
            Belum bisa mewarnai dengan rapi. Salah satu cara untuk melatih motorik halus anak ialah dengan member gambar menarik untuk diwarnai. Biasanya anak akan menyukai kegiatan ini dan bereksperimen dengan menggunakan berbagai macam warna yang disediakan.bagi beberapa anak pekerjaan mewarnai memang bukan pekerjaan yang menyenangkan. Apalagi jika hasilnya dibandingkan dengan temannya yang lebih bagus. Hal yag perlu diperhatikan yaitu jika anak enggan untuk mewarnai, cobalah melatih kesabarannya dalam menyelesaikan satu pekerjaan hingga tuntas, sebelum beralih ke pekerjaan lain. 
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik beberapa contoh gangguan perkembangan fisik motorik yang nampak pada anak usia dini baik motorik kasar maupun halus:
1)    Berat badan  yang tidak normal dalam perkembangan koordinasi motorik, yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, gangguan neurologisyang didapat maupun konginental (Development Coordination Disorder).
2)    Gangguan ini bisa bersamaan dengan kesulitan bicara
3)    Saat bayi tidak bisa merangkak, kalau merangkak seperti merayap
4)    Bila duduk posisi kaki seperti huruf “ w”
5)    Anak tampak aneh dalam berjalan, sering jatuh, tersandung dan menabrak
6)    Lambat belajar berlari, melompat dan naik turun tangga
7)    Kesulitan mengikat sepatu
8)    Kesulitan memasang dan melepaskan kancing, melempar dan menangkap bola
9)    Anak tampak lamban dalam gerak halus & kasar
10) Benda yang dipegang sering jatuh
11) Tidak pandai menggambar, tulisannya sangat jelek
12) Sering dijumpai kesulitan bersekolah,
13) Pada beberapa kasus, dijumpai adanya riwayat komplikasi perinatal misalnya berat badan lahir rendah


C.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Perkembangan Fisik Motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskular. Anak dengan cerebral palsy dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mengakibatkan gangguan dalam perkembangan motorik anak. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami hambatan dalam mencapai kemampuan motorik.
Menurut dr. Andrew Adesman, Kepala bagian perkembangan dan perilaku anak pada Schneider Childrens’s Hospital di New York, Amerika Seerikat, penyebab yang dapat memicu proses perkembangan motorik anak menjadi terganggu dapat dikelompokkan menjadi dua yakni, gangguan kualitas dan gangguan kuantitas.[5]
Gangguan kualitas adalah adanya ketidaknormalan pada proses perkembangan tersebut, yang muncul dengan sendirinya. Contohnya, kekakukan pada salah satu atau kedua belah kaki anak. Kekakuan ini dapat muncul setiap saat, tanpa mengenal batas usia. Sementara yang disebut sebagai gangguan kuantitas, umumnya lebih merupakan bentuk-bentuk keterlambatan munculnya suatu keterampilan yang seharusnya sudah dimiliki si kecil pada tahapan usia tertentu.
Sejumlah faktor penyebab terjadinya gangguan antara lain akibat kelainan bawaan. Adanya kelainan yang terjadi selama si kecil masih berada di dalam kandungan dapat menyebabkan gangguan pada proses tumbuh kembang fisik motoriknya. Misalnnya karena infeksi TORCH (taksoplasmosis, rubela, cytomegalovirus, dan herpes) serta gangguan plasenta yang mengakibatkan janin tidak dapat berkembang optimal (suplai zat-zat yang dibutuhkan janin tidak terpenuhi). Juga adanya sejumlah faktor yang mempersulit persalinan, seperti hiperbilirubina (kadar bilirubin di dalam darah melebihi kadar normal) dan hipoksia (kekurangan oksigen) bisa menjadi penyebab terjadinya gangguan perkembangan motorik si bayi di kemudian hari.[6]
Akibat yang sama juga bisa terjadi pada bayi-bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah dari 2500 gram serta bayi prematur. Bayi prematur cenderung tidak seimbang dalam kondisi perkembangannya jika dibandingkan bayi lahir normal yang usianya sama.[7] Bayi yang lahir sebelum waktunya dan bayi yang berat lahirnya rendah dianggap sebagai bayi yang beresiko tinggi. Oleh akrena itu bayi yang lahir sebelum waktunya maupun bayi yang memiliki berat badan rendah perlu diberikan stimulasi khusus diantaranya dengan pijatan dan olahraga selama 3 periode yang masing-masing 15 menit pada permulaan 3 jam berturut-turut setiap pagi selama 10 hari. Misalnya masing-masing bayi ditengkurapkan dan diusap dengan lembut. Pijatan dimulai dari kepala dan leher dan pindah ke bawah ke kaki. Pijatan juga bergerak dari bahu turun ke tangan . Bayi kemudian di guling-guling. Masing-masing lengan dan kaki dilenturkan dan direntangkan. Selanjutnya pijatan di ulang-ulang.[8]


D.   Pengaruh Gangguan Perkembangan Fisik Motorik terhadap Perkembangan Anak
Hurlock memaparkan pengaruh gangguan perkembangan motorik terhadap perkembangan individu sebagai berikut:
a)    Dengan adanya gangguan pada keterampilan motorik, anak tidak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak menjadi murung karena tidak memiliki ketrampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan yang ia sukai.
b)    Tanpa ketrampilan motorik, anak tidak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak tida dapat bebas bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan tidak dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menurunkan perkembangan rasa percaya diri.
c)    Dengan adanya gangguan perkembangan motorik, anak tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas awal-awal sekolah dasar, anak tidak dapat menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris seperti kebanyakan anak normal lainnya.
d)    Perkembangan motorik yang tidak normal memungkinkan anak tidak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).[9]
E.   Tindakan Pencegahan Gangguan Fisik Motorik Anak
1.      Deteksi Dini Terhadap Gangguan Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini mungkin sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan  mengetahui serta mengenal faktor resiko pada balita, yang disebut juga anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan  indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal.[10]. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan. Masing-masing penilaian tersebut mempunyai parameter dan alat ukur tersendiri.

a.    Pengukuran Berat Badan (BB)
Berat badan merupakan salah satu parameter untuk mengukur kemajuan  pertumbuhan seseorang. Secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor genetik dan lingkungan (Soetjiningsih, 2006:2).[11]
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan.
b.    Pengukuran Tinggi Badan (TB)
            Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan berbaring., sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Hasil pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang mempunyai grafik pertumbuhan tinggi badan.
c.    Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)
PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar.
d.    Development Screening Denver Test
DDST II merupakan alat untuk menemukan secara dini masalah penyimpangan perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun. Instrumen ini merupakan revisi dari DDST yang pertama kali dipublikasikan tahun 1967 untuk tujuan yang sama.
Pemeriksaan yang dihasilkan DDST II bukan merupakan pengganti evaluasi diagnostik, namun lebih ke arah membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan anak lain yang seumur. DDST II digunakan untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai umurnya pada anak yang mempunyai tanda-tanda keterlambatan perkembangan maupun anak sehat. DDST II bukan merupakan tes IQ dan bukan merupakan peramal kemampuan intelektual anak di masa mendatang. Tes ini tidak dibuat untuk menghasilkan diagnosis, namun lebih ke arah untuk membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan kemampuan anak lain yang seumur.
Formulir tes DDST II berisi 125 item yg terdiri dari 4 sektor, yaitu: personal sosial, motorik halus-adaptif, bahasa, serta motorik kasar.[12] Sektor personal sosial meliputi komponen penilaian yang berkaitan dengan kemampuan penyesuaian diri anak di masyarakat dan kemampuan memenuhi kebutuhan pribadi anak. Sektor motorik halus-adaptif berisi kemampuan anak dalam hal koordinasi mata-tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda kecil serta pemecahan masalah.
Sehingga apabila hasil test menunjukkan adanya kelambatan atau penyimpangan dari aspek motorik, fisik, emosional, dan sosial dapat dilakukan  upaya  terpadu dan terindikasi khusus untuk mencegah terjadinya kelainan fisik, mental, psikomotorik.
2.    Beri Stimulus agar si Kecil Melewati Tahap Perkembangannya dengan Baik
Pemberian stimulus-stimulus adalah untuk melatih atau mengajarkan anak-anak supaya melalui tahapan perkembangannya dengan baik. Stimulasi dilakukansambil bermain, misalnya mengajak anak berlari berkeliling meja makan sambil berpura-pura menjadi kucing yang dikejar anjing kecil. Begitu pula ketika mau mandi, ajak anak berlari atau melompat-lompat ke arah kamar mandi. Kemudian minta ia membuka kancing bajunya, dan menaruh baju kotornya dengan melemparnya ke arah keranjang cucian. Kegiatan-kegiatan itu saja sudah menstimulasi beberapa motorik kasar si kecil.
a.    Stimulasi Motorik Kasar
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.
Agar motorik anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna perlu dilakukan stimulasi yang terarah dan terpadu. Berikut stimulasi yang dapat diberikan:
1)  Jalan
Sebelum orangtua memberikan stimulasi pada anak, pastikan anak sudah melalui perkembangan sebelumnya, seperti duduk, merangkak, dan berdiri. Pada kemampuan motorik kasar ini, yang harus distimulasi adalah kemampuan berdiri, berjalan ke depan, berjalan ke belakang, berjalan berjingkat, melompat/meloncat, berlari, berdiri satu kaki, menendang bola, dan lainnya. Berjalan seharusnya dikuasai saat anak berusia 1 tahun sementara berdiri dengan satu kaki dikuasai saat anak 2 tahun.
            Untuk berjalan, perkembangan yang harus dikuatkan adalah keseimbangan dalam hal berdiri. Ini berarti, si kecil tak hanya dituntut sekadar berdiri, namun juga berdiri dalam waktu yang lebih lama (ini berkaitan dengan lamanya otot bekerja, dalam hal ini otot kaki).
Bila perkembangan jalan tidak dikembangkan dengan baik, anak akan mengalami gangguan keseimbangan. Si kecil jadi cenderung kurang pede dan ia pun selalu menghindari aktivitas yang melibatkan keseimbangan seperti main ayunan, seluncuran, dan lainnya. Sebaliknya, anak lebih memilih aktivitas pasif seperti membaca buku, main playstation, dan sebagainya.
Stimulasi:
Orangtua berdiri berjarak dengan anak sambil memegang mainan yang menarik. Gunakan karpet bergambar atau tempelkan gambar-gambar yang menarik di lantai. Minta anak untuk menginjak karpet/lantai. Misalnya, “Ayo Dek, injak gambar gajahnya!”
Mainan seperti mobil-mobilan atau troli yang bisa didorong-dorong juga bisa membantu anak belajar berjalan.
2)    Lari
Perkembangan lari akan memengaruhi perkembangan lompat dan lempar serta kemampuan konsentrasi anak kelak, Pada tugas perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan tubuh, kecepatan gerakan kaki, ketepatan 4 pola kaki-(heel strike/bertumpu pada tumit, toe off/telapak kaki mengangkat kemudian kaki bertumpu pada ujung-ujung jari kaki, swing/kaki berayun dan landing/setelah mengayun kaki menapak pada alas)dan motor planning (perencanaan gerak).
Lalu apa hubungan perkembangan lari dengan kemampuan konsentrasi? Pada perencanaan gerak (salah satu syarat tugas perkembangan lari) dibutuhkan kemampuan otak untuk membuat perencanaan dan dilaksanakan oleh motorik dalam bentuk gerak yang terkoordinasi. Kemampuan perencanaan gerak tingkat tinggi (seperti lari) akan memacu otak melatih konsentrasi.
Jika perkembangan lari tidak dikembangkan dengan baik, anak akan bermasalah dalam keseimbangannya, seperti mudah capek dalam beraktivitas fisik, sulit berkonsentrasi, cenderung menghindari tugas-tugas yang melibatkan konsentrasi dan aktivitas yang melibatkan kemampuan mental seperti memasang pasel, tak mau mendengarkan saat guru bercerita (anak justru asyik ke mana-mana), dan lainnya.
Stimulasi:
Stimulasi lari bisa dimulai ketika anak berada pada fase jalan, sekitar usia 12 bulan ke atas. Aktivitasnya bisa berupa menendang bola, main sepeda (mulai roda 4 sampai bertahap ke roda 3 dan kemudian roda 2) serta naik turun tangga.
3)    Lompat
Kemampuan dasar yang harus dimiliki anak adalah keseimbangan yang baik, kemampuan koordinasi motorik dan motor planning (perencanaan gerak). Contoh, saat anak ingin melompati sebuah tali, ia harus sudah punya rencana apakah akan mendarat dengan satu kaki atau dua kaki. Kalaupun satu kaki, kaki mana yang akan digunakan.
Jika anak tidak adekuat dalam perkembangan melompat, biasanya akan menghadapi kesulitan dalam sebuah perencanaan tugas yang terorganisasi (tugas-tugas yang membutuhkan kemampuan motor planning).
Stimulasi:
Lompat di tempat atau di trampolin. Jangan lompat-lompat di tempat tidur karena meski melatih motorik namun “mengacaukan” kognitif. Dalam arti, mengajarkan perilaku atau mindset yang tidak baik pada anak. Karena seharusnya tempat tidur bukan tempat untuk melompat atau bermain.
Lompatan berjarak (gambarlah lingkaran-lingkaran dari kapur atau gunakan lingkaran holahop yang diatur sedemikian rupa letaknya). Minta anak untuk melompati lingkaran-lingkaran tersebut, gradasikan tingkat kesulitan dengan memperlebar jarak dan menggunakan kaki dua lalu satu secara bergantian.
4)  Lempar
          Pada fase ini yang berperan adalah sensori keseimbangan, rasa sendi (proprioseptif), serta visual. Peran yang paling utama adalah proprioseptif, bagaimana sendi merasakan suatu gerakan atau aktivitas. Umpama, pada saat anak melempar bola, seberapa kuat atau lemah lemparannya, supaya bola masuk ke dalam keranjang atau sasaran yang dituju.
Jika kemampuan melempar tidak dikembangkan dengan baik, anak akan bermasalah dengan aktivitas yang melibatkan gerak ekstrimitas atas (bahu, lengan bawah, tangan dan jari-jari tangan). Seperti, dalam hal menulis. Tulisannya akan tampak terlalu menekan sehingga ada beberapa anak yang tulisannya tembus kertas, atau malahan terlalu kurang menekan (tipis) atau antarhurufnya jarang-jarang (berjarak). Dalam permainan yang membutuhkan ketepatan sasaran pun, anak tidak mahir. Umpama, permainan dartboard. Aktivitas motorik halus lainnya juga terganggu semisal pakai kancing baju, menali sepatu, makan sendiri, meronce, main pasel, menyisir rambut, melempar sasaran, dan lain-lain. Intinya, stimulasi pada perkembangan ini yang tidak optimal berindikasi pada keterampilan motorik halus yang bermasalah.
Gangguan lain berkaitan dengan koordinasi, rasa sendi dan motor planning yang bermasalah. Contoh, ketika bola dilempar ke arah anak, ada dua kemungkinan respons anak, yaitu tangan menangkap terlambat sementara bola sudah sampai. Atau tangan melakukan gerak menangkap terlebih dahulu sementara bola belum sampai. Seharusnya, respons tangkap anak sesuai dengan stimulus datangnya bola dan anak bisa memprediksinya. Bila ada gangguan berarti anak bermasalah dalam sensori integrasinya. Sensori integrasi adalah mengintegrasikan gerak berdasarkan kemampuan dasar sensori anak. Tentunya ini dapat diatasi dengan terapi yang mengintegrasikan sensori-sensorinya.
Stimulasi:
Main lempar tangkap bola (gradasikan tingkat kesulitannya) yaitu posisi, besar bola, berat bola, dan jenis lambungan. Pada posisi bisa dilakukan sambil duduk kaki lurus, duduk kaki bersila, duduk kaki seperti huruf W ke belakang, jongkok, dan bahkan berdiri. Pada jenis lambungan, bisa dilakukan dengan lambungan dari atas, sejajar, atau lambungan dari bawah.
Main dartboard atau lempar panah. Gunakan jenis dartboard yang khusus buat anak-anak (yang aman dan tidak tajam), seperti jenis dartboard yang terbuat dari papan velcrow dan anak panahnya diganti dengan bola yang bervelcrow.
b.    Stimulasi Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
          Nah agar motorik anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna perlu dilakukan stimulasi yang terarah dan terpadu. Berikut stimulasi yang dapat diberikan sesuai umurnya. Stimulasi berikut  mudah diterapkan dengan sarana dan fasilitas yang ada di sekitar kita.
1)    Kelompok Umur 0-3 Bulan
a)      Menggantungkan mainan yang dapat berputar/berbunyi dan berwarna cerah sehingga membuat bayi tertarik dan melihat, menggapai/menendang mainan tersebut.
b)      Letakkan/sentuhkan sebuah mainan kecil, berbunyi dan berwarna cerah pada tangan bayi atau punggung jari-jarinya.
c)      Ajak bayi meraba dan merasakan berbagai bentuk permukaan seperti mainan binatang, mainan plastik, kain-kain perca, dan lain-lain.
2)    Kelompok Umur 3-6 Bulan
a)      Stimulasi sebelumnya tetap dilanjutkan.
b)      Letakkan mainan sejenis rattle lalu coba tarik pelan-pelan untuk melatih bayi memegang dengan kuat.
c)      Letakkan sebuah mainan di tangan bayi dan perhatikan apakah ia memindahkannya ke tangan yang lain. Lain waktu berikan mainan pada kedua tangannya.


3)    Kelompok Umur 6-9 Bulan
a)    Duduk (sikap tripod-sendiri)
b)    Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan
c)    Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
d)    Memungut 2 benda, masing-masing tangan memegang 1 benda pada saat yang bersamaan.
4)    Kelompok Umur 9-12 Bulan
a)      Bermain dengan maian yang mengapung di air.
b)      Menyusun balok/kotak.
c)      Menggambar dengan menggunakan krayon/pensil berwarna.
d)      Bermain dengan menggunakan peralatan memasak, tentunya yang aman dan berbahan plastik khusus buat si kecil.
5)    Kelompok Umur 1 Tahun ke atas (Balita)
a)      Diajarkan untuk menggambar sesuatu, missal manusia
b)      Diarahkan untuk membuka kancing baju sendiri
c)      Bermain menyusun puzzle sederhana
d)      Mencuci tangan sendiri
e)      Bermain membentuk sesuatu dari plastisin
f)       Belajar membaca dan menulis.



BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
1.    Gangguan perkembangan fisik motorik berarti ketidakwajaran yang terjadi pada bagian-bagian tubuh dan menjadi hambatan dalam perkembangan pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot-otot yang terkoordinasi.
2.    Gangguan dalam perkembangan fisik anak diantaranya yaitu gangguan fungsi pancaindra, cacat tubuh, kegemukan (obesitas), gangguan gerakan peniruan (stereotipik), malnutrisi (kurang gizi)
3.    Gangguan dalam perkembangan motorik anak terbagi atas gangguan dalam motorik kasar seperti ketidak mampuan mengatur keseimbangan dan reaksi kurang cepat dan koordinasi kurang baik. selanjutnya gangguan dalam motorik halus seperti belum bisa menggambar bentuk bermakna dan belum bisa mewarnai dengan rapi
4.    Gangguan perkembangan fisik motorik sangat berpengaruh  terhadap perkembangan anak
5.    Tindakan pencegahan gangguan fisik motorik anak diantaranya yaitu deteksi dini terhadap gangguan perkembangan dan pertumbuhan anak serta memberikan stimulus agar si kecil melewati tahap perkembangannya dengan baik
B.   Saran
Masa anak-anak perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tua. Oleh karena itu orang tau sebaiknya melakukan test atau pengecekan ke dokter spesialis secara rutin untuk memantau tahapan perkembangan anak. Orang tua, pendidik dan orang-orang di sekitar anak diharapkan  mampu memberikan stimulasi-stimulasi yang  sesuai dengan usia yang membantu perkembangan anak menuju tahapan yang lebih tinggi.


DAFTAR PUSTAKA
http://www.anakku.net/keterlambatan-perkembangan-motorik.html
John W. Santrock. Life-Span Development. Jakarta: Erlangga. 2002.
Mussen, Paul Hendry, dkk. Perkembangan dan Kepribadian Anak. (Jakarta: Erlangga.1984.

Musbikin Imam. Pintar Mengatasi Masalah Tumbuh Kembang Anak.Jogjakarta: Flash Books. 2012.

Myrnawati Crie Handini, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Prodi PAUD PPs UNJ, 2012), volume 6 No.2
Papalia Olds Feldman. Human Development. (Jakarta: Salemba Hunamika. 2009). h. 326-327.

Pedoman Pemantauan Perkembangan Denver II. Subbagian Tumbuh Kembang Ilmu Kesehatan Anak RS Sardjito. 2004.

Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1997