Desa
Barakkae/ Kecamatan Lamuru/ Kabupaten Bone/ Provinsi Sulawesi Selatan merupakan
tempat penulis melakukan KKN (kuliah kerja nyata) di mana penulis mengambil
program PBA (pemberantasan buta aksara). Daerah ini merupakan salah satu daerah
terpencil di kabupaten Bone Sulawesi Selatan yang ditempuh selama 3 jam dari
kota Bone dimana di desa ini jangankan anak-anak, remaja, dan orang dewasa
bahkan lansia belum mampu untuk membaca dan berbicara menggunakan Bahasa
indonesia, bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Bugis namun Bahasa bugis yang
mereka Gunakan yaitu Bahasa Bugis tempo dulu yang perucapannya memiliki banyak
perbedaan dengan bahasa bugis zaman sekarang.
Anak-anak
di desa ini sebagian besar bahkan semuanya tidak memiliki akta kelahiran. Di
desa inipun taman kanak-kanak atau PAUD sejenis blum ada bahkan SD pun masih
dalam proses pembangunan sehingga dari segi pendidikan di desa ini
sangat-sangat kurang. Mata pencaharian dari masyarakat desa ini adalah bertani
dan berkebun.sehingga seharian waktu mereka habis di kebun atau di sawah mereka
dan tidak jarang penulis temukan pada saat pasar yang beroperasi 2 kali dalam
seminggu mereka menukar hasil kebun meraka dengan makanan yang meraka inginkan
walaupun ada juga yang membelinya pake uang. Fisik warga desa ini sangatlah
kuat sebab akses dari desa k pasar tradisional tersebut di tempuh selama 1 jam
dan mereka melaluinya dengan berjalan kaki.
Di
bawah ini ada foto-foto warga desa Barakkae yang sedang membuat jalan guna menyambungkan antara gunung yang satu dengan gunung yang lain.
Di samping Ini merupakan foto dimana baik
anak-anak,remaja maupun orang tua bahkan lansia ikut mebuat jalan antara gunung
yang satu dengan gunung yang lain.
Di samping
ini merupakan salah satu foto
miris yang dimana jangankan anak-anak orang tuapun tidak mampu untuk mmbaca dan
menulis bahkan berbahasa indonesiapun mereka tidak paham. Ini adalah foto penulis
beserta kawan-kawan yang memberikan pembelajaran membaca dan menulis mulai dari
huruf A sama dengan mengajarkan anak usia dini. Terkadang kami mendapatkan
orang tua yang berbahasa Malaysia dan penulispun bertanya kepada orang tua
tersebut tentang bahasa yang diperoleh berasal dari mana dan ternyata budaya
bahasa malaysia yang mereka dapatkan dari anak mereka yang menjadi Tenaga Kerja
Indonesia(TKI), dan Tenaga Kerja Wanita(TKW) ke Malaysia.
Di
Desa ini unsur mistiknya pun masi kuat terkhusus ketika anak-anak dari warga
desa ini dalam keadaan Sakit atau kurang enak badan. Mereka tidak Membawanya ke
rumah sakit pertama karena rumah sakit atau puskesmas sejenis jaraknya sangat
jauh kedua warga dari desa ini kurang percaya dengan pengobatan medis, biasanya
mereka membawa anak mereka ke dukun atau orang yang mereka percayakan untuk
mendapatkan ramuan atau jampi-jampi.
Keadaan
fisik anak-anak di desa ini tergolong kuat sebab mereka sejak kecil dibimbing
untuk membantu orang tuanya di sawah, kebun bahkan menjagakan ternak
mereka(sapi, ayam ,bebek,kambing dll).
Anak-anak
di desa ini mayoritas beragama islam mereka mengikuti orang tua mereka, sejak
dini anak-anak dibimbing untuk menghafal surah-surah pendek dan tidak jarang
kami dapati anak yang masih tergolong usia dini sudah mampu malafalkan ayat
Al-Quran dengan Merdu.
Anak-anak
yang berada di desa ini selama pengamatan penulis 4 bulan memiliki nilai-nilai
moral dan lesopanan yang tinggi, sebab mereka telah diajarkan oleh orang tuanya
untuk menghormati orang yang lebih tua dibanding mereka terkhususnya anak
gadis, mereka tidak berani berada di depan ketika ada tamu, mereka hanya berada
di dapur rumah mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar