A.
Pengertian Gangguan
Perkembangan Fisik Motorik
Gangguan merupakan halangan, rintangan, ataupun sesuatu hal
yang menyebabkan ketidakwajaran atau ketidaknormalan.[1] Perkembangan fisik sangat berkaitan
erat dengan perkembangan motorik anak. Apabila fisik mengalami gangguan atau
hambatan dalam perkembangannya, maka kemampuan motorik pun akan ikut terhambat.
Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek yaitu sistem syaraf, otot, kelenjar endokrin, dan
struktur tubuh atau fisik. Sistem syaraf sangat mempengaruhi perkembangan
kecerdasan dan emosi. Otot-otot mempengaruhi perkembangan kekuatan dan
kemampuan motorik. Kelenjar endokrin menyebabkan munculnya tingkah laku baru.
Struktur fisik atau tubuh meliputi tinggi, berat, dan proporsi. Aspek fisik
yang paling penting adalah otak sebagai pusat atau sentral perkembangan dan
fungsi perkembangan. Otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi
perkembangan individu lainnya. Motorik merupakan perkembangan pengendalian
gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot,
dan otak. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik
kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot –otot besar, sedangkan motorik
halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagai anggota
tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih
Perkembangan motorik anak:
Perkembangan motorik anak:
1. Keterampilan atau gerakan kasar
(motorik kasar) seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga.
2. Keterampilan motorik halus (motorik
halus) atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong,
melempar dan menagkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan[2]
Perkembangan
motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mengontrol setiap
gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak
yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik
anak. Sebaliknya, jika susunan syaraf otak mengalami gangguan, maka hal
tersebut berdampak pula pada kemampuan koordinasi fisik motorik anak. Gangguan
perkembangan fisik motorik berarti ketidakwajaran yang terjadi pada
bagian-bagian tubuh dan menjadi hambatan dalam perkembangan pengendalian jasmaniah
melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot-otot yang terkoordinasi.[3]
Dalam
perkembangan motorik anak, perkembangan motorik yang mengalami gangguan berarti
perkembangan motorik yang berada di bawah normal umur anak. Akibatnya, pada
umur tertentu anak tidak menguasai tugas perkembangan yang diharapkan kelompok
sosialnya. Banyak penyebab terjadinya gangguan perkembangan motorik, sebagian
dapat dikendalikan dan sebagian tidak. Hal itu dapat timbul dari kerusakan otak
pada waktu lahir atau kondisi pralahir yang tidak menguntungkan, Akan tetapi,
gangguan lebih sering disebabkan kurangnya keterampilan motorik. Proses perkembangan
seorang anak tidak berarti bertambah besar atau bertambah usia saja, akan
tetapi juga bertambah berat, pandai dan terampil. Aktifitas bermainnya pun
bertambah, melalui bermain anak dapat belajar, untuk melakukan aktivitas
bermain ia perlu gerak, karena itu kemampuan gerak merupakan aspek penting yang
merupakan pendukung bagi perkembangan anak secara keseluruhan. Apabila anak
mengalami gangguan dalam perkembangan motoriknya, akan mengakibatkan anak akan
mengalami gangguan dalam melakukan gerak dan juga gangguan pada perkembangan
motorik anak akan menghambat akses pada sumber-sumber eksternal serta regulasi
emosi dan kecerdasan.
B. Gangguan Perkembangan Fisik Motorik yang Sering di alami
Anak
1. Gangguan dalam Perkembangan Fisik Anak
Menurut Rusda Koto dan Sri Maryati (1994).[4] dalam perkembangannya mungkin
ditemukan beberapa gangguan fisik pada
anak diantaranya adalah:
a. Gangguan
Fungsi Pancaindra
Gangguan fungsi pada pancaindra yang banyak menimbulkan
masalah pada anak adalah gangguan pada indra penglihatan dan pendengaran.
Kekurangan daya penglihatan maupun mendengar dapat di ketahui bila derajat
penyimpangannya sedah cukup besar dari yang normal. Sebaliknya, apabila taraf
kekurangannya masih ringan, cukup sulit untuk mendeteksi kesulitan yang di
hadapi anak.
b. Cacat
Tubuh
Cacat tubuh umumnya terdapat pada tangan, kaki atau wajah.
Apabila seorang anak mengalami cacat tubuh pada tangan atau kaki maka
perkembangannya akan mengalami gangguan karena pada masa usia dini kemampuan
tubuh sangat penting untuk menunjang perkembangannya.
c. Kegemukan
(Obesitas)
Kegemukan sering kita temui pada anak usia dini, dan orang
tua kadang kala membiarkan atau bahkan senang dengan kegemukan anak karena anak
tampak lucu dan menggemaskan. Kegemukan anak sejak dini perlu diwaspadai karena
berbahaya bagi perkembangan selanjutnya. Kegemukan dapat membahayakan kesehatan
yang dapat berakibat penyakit jantung, diabetes (kencing manis ), dan tekanan
darah tinggi. Cara terbaik yang biasa dilakukan ialah dengan
mengatur pola makan dan rajin olah raga.
d. Gangguan
gerakan peniruan (stereotipik)
Gejala yang tampak pada dari gangguan stereotipik adalah
gerakan motorik kasar (gross motor
movement ) yang tidak wajar. Gerakan yang disebabkan karena kebiasaan
tetapi mempunyai akibat yang tidak baik
e.
Malnutrisi
(Kurang gizi)
Pendapat
popular menyatakan bahwa masalah kurang gizi biasa ditemui pada anak- anak di
dunia ketiga/negara miskin. Pendapat ini tidak sesungguhnya tepat, karena di negara
yang telah majupun masih juga ditemui masalah anak yang kekurangan gizi. Semua
ini ternyata lebih kepada pola pengaturan makanan yang sehat dan seimbang. Anak
yang mengalami malnutrisi akan tampak pada penampilan fisiknya. Dibutuhkan
kombinasi antara pengaturan pola makan dan asupan makanan serta kepedulian
orang tua untuk melihat adanya tanda- tanda kekurangan gizi pada anak. Di
Indonesia pemerintah telah menggalang program gerakan “4 sehat 5 sempurna”,
serta program pemberian makanan tambahan bagi anak di puskesmas. Posyandu serta
sekolah- sekolah.
2. Gangguan dalam Perkembangan Motorik Anak
a. Gangguan dalam Motorik Kasar
Ketidak
mampuan mengatur keseimbangan. Anak- anak yang mengalami kesulitan dalam
mengatur keseimbangan tubuhnya biasanya juga memiliki kesulitan dalam
mengontrol gerakan anggota tubuh sehingga terkesan gerakannya ragu- ragu dan
tampak canggung. Diketahui kurang lebih 80% dari jumlah anak yang memiliki
gangguan perkembangan juga mengalami kesulitan pada pengaturan keseimbangan
tubuh. Masalah pengaturan keseimbangan tubuh ini berhubungan dengan sistem
vestibular atau sistem yang mengatur keseimbangan di dalam tubuh. Jika tidak
segera ditangani, kesulitan ini akan dibawa terus oleh anak sampai saat mereka
sekolah dan akan mengakibatkan masalah lain, yaitu dalam hal membaca dan
menulis.
Reaksi
kurang cepat dan koordinasi kurang baikØ
Salah satu perkembangan motorik pada anak yang perlu diperhatikan adalah kemampuan bereaksi yang semakin cepat, koordinasi mata-tangan yang semakin baik, dan ketangkasan serta kesadaran terhadap tubuh secara keseluruhan. Namun, ada anak yang lambat dalam bereaksi. Koordinasi gerakannya juga tampak kacau sehingga sering kali disebut “ceroboh” dan menjadi bahan ejekan temannya. Hal yang menyebabkan masalah tersebut ada 2 yaitu karena anak kurang diberi kesempatan untuk berlatih dan ada kemungkinan anak mempunyai masalah dalam syaraf motoriknya. Untuk alasan yang terakhir ini orang tua perlu mengkonsultasikannya dengan dokter.
Salah satu perkembangan motorik pada anak yang perlu diperhatikan adalah kemampuan bereaksi yang semakin cepat, koordinasi mata-tangan yang semakin baik, dan ketangkasan serta kesadaran terhadap tubuh secara keseluruhan. Namun, ada anak yang lambat dalam bereaksi. Koordinasi gerakannya juga tampak kacau sehingga sering kali disebut “ceroboh” dan menjadi bahan ejekan temannya. Hal yang menyebabkan masalah tersebut ada 2 yaitu karena anak kurang diberi kesempatan untuk berlatih dan ada kemungkinan anak mempunyai masalah dalam syaraf motoriknya. Untuk alasan yang terakhir ini orang tua perlu mengkonsultasikannya dengan dokter.
b. Gangguan dalam Motorik Halus
Belum bisa
menggambar bentuk bermakna. Kegiatan menggambar merupakan hal yang menyenangkan
bagi sebagian besar anak. Namun yang perlu diwaspadai adalah jika anak belum
dapat menggambar beberapa bentuk yang tergabung dengan baik menjadi satu bentuk
yang lebih bermakna. Maka kemampuan anak dalam mempersepsi apa yang ada di sekitarnya
perlu dipertanyakan.
Belum bisa
mewarnai dengan rapi. Salah satu
cara untuk melatih motorik halus anak ialah dengan member gambar menarik untuk
diwarnai. Biasanya anak akan menyukai kegiatan ini dan bereksperimen dengan
menggunakan berbagai macam warna yang disediakan.bagi beberapa anak pekerjaan
mewarnai memang bukan pekerjaan yang menyenangkan. Apalagi jika hasilnya
dibandingkan dengan temannya yang lebih bagus. Hal yag perlu diperhatikan yaitu
jika anak enggan untuk mewarnai, cobalah melatih kesabarannya dalam
menyelesaikan satu pekerjaan hingga tuntas, sebelum beralih ke pekerjaan
lain.
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik
beberapa contoh gangguan
perkembangan fisik motorik yang nampak
pada anak usia dini baik motorik kasar maupun halus:
1) Berat badan
yang tidak normal dalam perkembangan koordinasi motorik, yang tidak
disebabkan oleh retardasi mental, gangguan neurologisyang didapat maupun
konginental (Development Coordination
Disorder).
2) Gangguan ini bisa bersamaan dengan kesulitan
bicara
3) Saat bayi tidak bisa merangkak, kalau
merangkak seperti merayap
4) Bila duduk posisi kaki seperti huruf “ w”
5) Anak tampak aneh dalam berjalan, sering jatuh,
tersandung dan menabrak
6) Lambat belajar berlari, melompat dan naik
turun tangga
7) Kesulitan mengikat sepatu
8) Kesulitan memasang dan melepaskan kancing,
melempar dan menangkap bola
9) Anak tampak lamban dalam gerak halus &
kasar
10) Benda yang dipegang sering jatuh
11) Tidak pandai menggambar, tulisannya sangat
jelek
12) Sering dijumpai kesulitan bersekolah,
13) Pada
beberapa kasus, dijumpai
adanya riwayat komplikasi perinatal misalnya berat badan lahir rendah
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Perkembangan
Fisik Motorik
Perkembangan
motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab
gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit
neuromuskular. Anak dengan cerebral palsy dapat mengalami keterbatasan
perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau
hipotonia. Cerebral palsy adalah suatu gangguan
atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak,
mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan
tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum
selesai pertumbuhannya. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina
bifida juga dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular
sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan berjalan.
Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya
penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mengakibatkan
gangguan dalam
perkembangan motorik anak. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk
belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami
hambatan dalam
mencapai kemampuan motorik.
Menurut dr.
Andrew Adesman, Kepala bagian perkembangan dan perilaku anak pada Schneider
Childrens’s Hospital di New York, Amerika Seerikat, penyebab yang dapat memicu
proses perkembangan motorik anak menjadi terganggu dapat dikelompokkan menjadi
dua yakni, gangguan kualitas dan gangguan kuantitas.[5]
Gangguan
kualitas adalah adanya ketidaknormalan pada proses perkembangan tersebut, yang
muncul dengan sendirinya. Contohnya, kekakukan pada salah satu atau kedua belah
kaki anak. Kekakuan ini dapat muncul setiap saat, tanpa mengenal batas usia.
Sementara yang disebut sebagai gangguan kuantitas, umumnya lebih merupakan
bentuk-bentuk keterlambatan munculnya suatu keterampilan yang seharusnya sudah
dimiliki si kecil pada tahapan usia tertentu.
Sejumlah faktor
penyebab terjadinya gangguan antara lain akibat kelainan bawaan. Adanya
kelainan yang terjadi selama si kecil masih berada di dalam kandungan dapat
menyebabkan gangguan pada proses tumbuh kembang fisik motoriknya. Misalnnya
karena infeksi TORCH (taksoplasmosis, rubela, cytomegalovirus, dan herpes)
serta gangguan plasenta yang mengakibatkan janin tidak dapat berkembang optimal
(suplai zat-zat yang dibutuhkan janin tidak terpenuhi). Juga adanya sejumlah
faktor yang mempersulit persalinan, seperti hiperbilirubina (kadar bilirubin di
dalam darah melebihi kadar normal) dan hipoksia (kekurangan oksigen) bisa
menjadi penyebab terjadinya gangguan perkembangan motorik si bayi di kemudian
hari.[6]
Akibat yang
sama juga bisa terjadi pada bayi-bayi yang lahir dengan berat badan lahir
rendah dari 2500 gram serta bayi prematur. Bayi prematur cenderung tidak
seimbang dalam kondisi perkembangannya jika dibandingkan bayi lahir normal yang
usianya sama.[7]
Bayi yang lahir sebelum waktunya dan bayi yang berat lahirnya rendah dianggap
sebagai bayi yang beresiko tinggi. Oleh akrena itu bayi yang lahir sebelum
waktunya maupun bayi yang memiliki berat badan rendah perlu diberikan stimulasi
khusus diantaranya dengan pijatan dan olahraga selama 3 periode yang
masing-masing 15 menit pada permulaan 3 jam berturut-turut setiap pagi selama
10 hari. Misalnya masing-masing bayi ditengkurapkan dan diusap dengan lembut.
Pijatan dimulai dari kepala dan leher dan pindah ke bawah ke kaki. Pijatan juga
bergerak dari bahu turun ke tangan . Bayi kemudian di guling-guling.
Masing-masing lengan dan kaki dilenturkan dan direntangkan. Selanjutnya pijatan
di ulang-ulang.[8]
D.
Pengaruh Gangguan
Perkembangan Fisik Motorik terhadap Perkembangan Anak
Hurlock
memaparkan pengaruh gangguan perkembangan motorik terhadap perkembangan
individu sebagai berikut:
a) Dengan
adanya gangguan pada keterampilan motorik, anak tidak dapat menghibur dirinya dan memperoleh
perasaan senang. Seperti anak menjadi murung karena tidak memiliki ketrampilan memainkan boneka,
melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan
yang ia sukai.
b) Tanpa
ketrampilan motorik, anak
tidak dapat
beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya,
ke kondisi yang independent. Anak tida dapat bebas bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya
dan tidak
dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menurunkan
perkembangan rasa percaya
diri.
c) Dengan
adanya gangguan perkembangan
motorik, anak tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas awal-awal sekolah dasar, anak tidak
dapat menulis, menggambar,
melukis, dan baris-berbaris seperti kebanyakan anak normal lainnya.
d) Perkembangan
motorik yang
tidak normal
memungkinkan anak tidak dapat bermain atau bergaul dengan teman
sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang fringer
(terpinggirkan).[9]
E.
Tindakan
Pencegahan Gangguan Fisik Motorik Anak
1.
Deteksi Dini Terhadap Gangguan Perkembangan dan
Pertumbuhan Anak
Penilaian
pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini mungkin sejak anak
dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara
komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada
balita, yang disebut juga anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui
penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan,
stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis
proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur
perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang
optimal.[10].
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian
pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan. Masing-masing penilaian tersebut
mempunyai parameter dan alat ukur tersendiri.
a.
Pengukuran Berat Badan (BB)
Berat
badan merupakan salah satu parameter untuk mengukur kemajuan pertumbuhan seseorang. Secara umum terdapat
dua faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor genetik dan lingkungan
(Soetjiningsih, 2006:2).[11]
Pengukuran
ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaan gizi
balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat
Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan
interfensi jika terjadi penyimpangan.
b.
Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia
2 tahun dilakukan dengan berbaring., sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan
dengan berdiri. Hasil pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang
mempunyai grafik pertumbuhan tinggi badan.
c.
Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)
PLKA adalah
cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan otak
anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak,
sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak
anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan
mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar.
d.
Development Screening Denver Test
DDST II
merupakan alat untuk menemukan secara dini masalah penyimpangan perkembangan
anak umur 0 s/d < 6 tahun. Instrumen ini merupakan revisi dari DDST yang
pertama kali dipublikasikan tahun 1967 untuk tujuan yang sama.
Pemeriksaan
yang dihasilkan DDST II bukan merupakan pengganti evaluasi diagnostik, namun
lebih ke arah membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan anak
lain yang seumur. DDST II digunakan untuk menilai tingkat perkembangan anak
sesuai umurnya pada anak yang mempunyai tanda-tanda keterlambatan perkembangan
maupun anak sehat. DDST II bukan merupakan tes IQ dan bukan merupakan peramal
kemampuan intelektual anak di masa mendatang. Tes ini tidak dibuat untuk
menghasilkan diagnosis, namun lebih ke arah untuk membandingkan kemampuan
perkembangan seorang anak dengan kemampuan anak lain yang seumur.
Formulir tes
DDST II berisi 125 item yg terdiri dari 4 sektor, yaitu: personal sosial,
motorik halus-adaptif, bahasa, serta motorik kasar.[12]
Sektor personal sosial meliputi komponen penilaian yang berkaitan dengan
kemampuan penyesuaian diri anak di masyarakat dan kemampuan memenuhi kebutuhan
pribadi anak. Sektor motorik halus-adaptif berisi kemampuan anak dalam hal
koordinasi mata-tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda kecil serta
pemecahan masalah.
Sehingga
apabila hasil test menunjukkan adanya kelambatan atau penyimpangan dari aspek
motorik, fisik, emosional, dan sosial dapat dilakukan upaya
terpadu dan terindikasi khusus untuk mencegah terjadinya kelainan fisik,
mental, psikomotorik.
2.
Beri Stimulus agar si Kecil Melewati Tahap
Perkembangannya dengan Baik
Pemberian
stimulus-stimulus adalah untuk melatih atau mengajarkan anak-anak supaya
melalui tahapan perkembangannya dengan baik. Stimulasi dilakukansambil bermain,
misalnya mengajak anak berlari berkeliling meja makan sambil berpura-pura
menjadi kucing yang dikejar anjing kecil. Begitu pula ketika mau mandi, ajak
anak berlari atau melompat-lompat ke arah kamar mandi. Kemudian minta ia
membuka kancing bajunya, dan menaruh baju kotornya dengan melemparnya ke arah
keranjang cucian. Kegiatan-kegiatan itu saja sudah menstimulasi beberapa motorik
kasar si kecil.
a.
Stimulasi Motorik Kasar
Tugas
perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari,
berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga
keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan
koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat
menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat
tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6
tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa
ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau
kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.
Agar motorik
anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna perlu dilakukan stimulasi yang terarah
dan terpadu. Berikut stimulasi yang dapat diberikan:
1) Jalan
Sebelum
orangtua memberikan stimulasi pada anak, pastikan anak sudah melalui
perkembangan sebelumnya, seperti duduk, merangkak, dan berdiri. Pada kemampuan
motorik kasar ini, yang harus distimulasi adalah kemampuan berdiri, berjalan ke
depan, berjalan ke belakang, berjalan berjingkat, melompat/meloncat, berlari,
berdiri satu kaki, menendang bola, dan lainnya. Berjalan seharusnya dikuasai
saat anak berusia 1 tahun sementara berdiri dengan satu kaki dikuasai saat anak
2 tahun.
Untuk
berjalan, perkembangan yang harus dikuatkan adalah keseimbangan dalam hal
berdiri. Ini berarti, si kecil tak hanya dituntut sekadar berdiri, namun juga
berdiri dalam waktu yang lebih lama (ini berkaitan dengan lamanya otot bekerja,
dalam hal ini otot kaki).
Bila
perkembangan jalan tidak dikembangkan dengan baik, anak akan mengalami gangguan
keseimbangan. Si kecil jadi cenderung kurang pede dan ia pun selalu menghindari
aktivitas yang melibatkan keseimbangan seperti main ayunan, seluncuran, dan
lainnya. Sebaliknya, anak lebih memilih aktivitas pasif seperti membaca buku,
main playstation, dan sebagainya.
Stimulasi:
Orangtua
berdiri berjarak dengan anak sambil memegang mainan yang menarik. Gunakan
karpet bergambar atau tempelkan gambar-gambar yang menarik di lantai. Minta
anak untuk menginjak karpet/lantai. Misalnya, “Ayo Dek, injak gambar gajahnya!”
Mainan
seperti mobil-mobilan atau troli yang bisa didorong-dorong juga bisa membantu
anak belajar berjalan.
2)
Lari
Perkembangan
lari akan memengaruhi perkembangan lompat dan lempar serta kemampuan
konsentrasi anak kelak, Pada tugas perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan
tubuh, kecepatan gerakan kaki, ketepatan 4 pola kaki-(heel strike/bertumpu pada
tumit, toe off/telapak kaki mengangkat kemudian kaki bertumpu pada ujung-ujung
jari kaki, swing/kaki berayun dan landing/setelah mengayun kaki menapak pada
alas)dan motor planning (perencanaan gerak).
Lalu apa
hubungan perkembangan lari dengan kemampuan konsentrasi? Pada perencanaan gerak
(salah satu syarat tugas perkembangan lari) dibutuhkan kemampuan otak untuk
membuat perencanaan dan dilaksanakan oleh motorik dalam bentuk gerak yang
terkoordinasi. Kemampuan perencanaan gerak tingkat tinggi (seperti lari) akan
memacu otak melatih konsentrasi.
Jika
perkembangan lari tidak dikembangkan dengan baik, anak akan bermasalah dalam
keseimbangannya, seperti mudah capek dalam beraktivitas fisik, sulit
berkonsentrasi, cenderung menghindari tugas-tugas yang melibatkan konsentrasi
dan aktivitas yang melibatkan kemampuan mental seperti memasang pasel, tak mau
mendengarkan saat guru bercerita (anak justru asyik ke mana-mana), dan lainnya.
Stimulasi:
Stimulasi
lari bisa dimulai ketika anak berada pada fase jalan, sekitar usia 12 bulan ke
atas. Aktivitasnya bisa berupa menendang bola, main sepeda (mulai roda 4 sampai
bertahap ke roda 3 dan kemudian roda 2) serta naik turun tangga.
3)
Lompat
Kemampuan
dasar yang harus dimiliki anak adalah keseimbangan yang baik, kemampuan
koordinasi motorik dan motor planning (perencanaan gerak). Contoh, saat anak
ingin melompati sebuah tali, ia harus sudah punya rencana apakah akan mendarat
dengan satu kaki atau dua kaki. Kalaupun satu kaki, kaki mana yang akan
digunakan.
Jika anak
tidak adekuat dalam perkembangan melompat, biasanya akan menghadapi kesulitan
dalam sebuah perencanaan tugas yang terorganisasi (tugas-tugas yang membutuhkan
kemampuan motor planning).
Stimulasi:
Lompat di
tempat atau di trampolin. Jangan lompat-lompat di tempat tidur karena meski
melatih motorik namun “mengacaukan” kognitif. Dalam arti, mengajarkan perilaku
atau mindset yang tidak baik pada anak. Karena seharusnya tempat tidur bukan
tempat untuk melompat atau bermain.
Lompatan
berjarak (gambarlah lingkaran-lingkaran dari kapur atau gunakan lingkaran
holahop yang diatur sedemikian rupa letaknya). Minta anak untuk melompati
lingkaran-lingkaran tersebut, gradasikan tingkat kesulitan dengan memperlebar
jarak dan menggunakan kaki dua lalu satu secara bergantian.
4) Lempar
Pada
fase ini yang berperan adalah sensori keseimbangan, rasa sendi (proprioseptif), serta visual. Peran yang
paling utama adalah proprioseptif, bagaimana sendi merasakan suatu gerakan atau
aktivitas. Umpama, pada saat anak melempar bola, seberapa kuat atau lemah
lemparannya, supaya bola masuk ke dalam keranjang atau sasaran yang dituju.
Jika
kemampuan melempar tidak dikembangkan dengan baik, anak akan bermasalah dengan
aktivitas yang melibatkan gerak ekstrimitas atas (bahu, lengan bawah, tangan
dan jari-jari tangan). Seperti, dalam hal menulis. Tulisannya akan tampak
terlalu menekan sehingga ada beberapa anak yang tulisannya tembus kertas, atau
malahan terlalu kurang menekan (tipis) atau antarhurufnya jarang-jarang
(berjarak). Dalam permainan yang membutuhkan ketepatan sasaran pun, anak tidak
mahir. Umpama, permainan dartboard. Aktivitas motorik halus lainnya juga
terganggu semisal pakai kancing baju, menali sepatu, makan sendiri, meronce,
main pasel, menyisir rambut, melempar sasaran, dan lain-lain. Intinya,
stimulasi pada perkembangan ini yang tidak optimal berindikasi pada
keterampilan motorik halus yang bermasalah.
Gangguan lain
berkaitan dengan koordinasi, rasa sendi dan motor planning yang bermasalah.
Contoh, ketika bola dilempar ke arah anak, ada dua kemungkinan respons anak,
yaitu tangan menangkap terlambat sementara bola sudah sampai. Atau tangan
melakukan gerak menangkap terlebih dahulu sementara bola belum sampai.
Seharusnya, respons tangkap anak sesuai dengan stimulus datangnya bola dan anak
bisa memprediksinya. Bila ada gangguan berarti anak bermasalah dalam sensori
integrasinya. Sensori integrasi adalah mengintegrasikan gerak berdasarkan
kemampuan dasar sensori anak. Tentunya ini dapat diatasi dengan terapi yang
mengintegrasikan sensori-sensorinya.
Stimulasi:
Main lempar
tangkap bola (gradasikan tingkat kesulitannya) yaitu posisi, besar bola, berat
bola, dan jenis lambungan. Pada posisi bisa dilakukan sambil duduk kaki lurus,
duduk kaki bersila, duduk kaki seperti huruf W ke belakang, jongkok, dan bahkan
berdiri. Pada jenis lambungan, bisa dilakukan dengan lambungan dari atas,
sejajar, atau lambungan dari bawah.
Main
dartboard atau lempar panah. Gunakan jenis dartboard yang khusus buat anak-anak
(yang aman dan tidak tajam), seperti jenis dartboard yang terbuat dari papan
velcrow dan anak panahnya diganti dengan bola yang bervelcrow.
b.
Stimulasi Motorik Halus
Perkembangan
motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik
halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu
objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan
motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian
anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi
suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok
secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada
usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada
masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti
mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara
bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
Nah agar
motorik anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna perlu dilakukan
stimulasi yang terarah dan terpadu. Berikut stimulasi yang dapat diberikan
sesuai umurnya. Stimulasi berikut mudah
diterapkan dengan sarana dan fasilitas yang ada di sekitar kita.
1) Kelompok
Umur 0-3 Bulan
a) Menggantungkan mainan yang dapat berputar/berbunyi
dan berwarna cerah sehingga membuat bayi tertarik dan melihat,
menggapai/menendang mainan tersebut.
b) Letakkan/sentuhkan sebuah mainan kecil,
berbunyi dan berwarna cerah pada tangan bayi atau punggung jari-jarinya.
c) Ajak bayi meraba dan merasakan berbagai bentuk
permukaan seperti mainan binatang, mainan plastik, kain-kain perca, dan
lain-lain.
2)
Kelompok Umur 3-6 Bulan
a) Stimulasi sebelumnya tetap dilanjutkan.
b) Letakkan mainan sejenis rattle lalu coba tarik
pelan-pelan untuk melatih bayi memegang dengan kuat.
c) Letakkan sebuah mainan di tangan bayi dan
perhatikan apakah ia memindahkannya ke tangan yang lain. Lain waktu berikan
mainan pada kedua tangannya.
3) Kelompok
Umur 6-9 Bulan
a) Duduk (sikap tripod-sendiri)
b) Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan
c) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
d) Memungut 2 benda, masing-masing tangan memegang 1 benda pada saat
yang bersamaan.
4) Kelompok
Umur 9-12 Bulan
a) Bermain dengan maian yang mengapung di air.
b) Menyusun balok/kotak.
c) Menggambar dengan menggunakan krayon/pensil
berwarna.
d) Bermain dengan menggunakan peralatan memasak,
tentunya yang aman dan berbahan plastik khusus buat si kecil.
5) Kelompok
Umur 1 Tahun ke atas (Balita)
a) Diajarkan untuk menggambar sesuatu, missal
manusia
b) Diarahkan untuk membuka kancing baju sendiri
c) Bermain menyusun puzzle sederhana
d) Mencuci tangan sendiri
e) Bermain membentuk sesuatu dari plastisin
f) Belajar membaca dan menulis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Gangguan perkembangan fisik motorik
berarti ketidakwajaran yang terjadi pada bagian-bagian tubuh dan menjadi
hambatan dalam perkembangan pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat
syaraf, urat syaraf, dan otot-otot yang terkoordinasi.
2. Gangguan
dalam perkembangan fisik anak diantaranya yaitu gangguan fungsi pancaindra, cacat
tubuh, kegemukan (obesitas), gangguan gerakan peniruan (stereotipik), malnutrisi (kurang gizi)
3. Gangguan
dalam perkembangan motorik anak terbagi atas gangguan dalam motorik kasar
seperti ketidak mampuan mengatur keseimbangan dan reaksi kurang cepat dan
koordinasi kurang baik. selanjutnya gangguan dalam motorik halus seperti belum
bisa menggambar bentuk bermakna dan belum bisa mewarnai dengan rapi
4. Gangguan
perkembangan fisik motorik sangat berpengaruh
terhadap perkembangan anak
5. Tindakan
pencegahan gangguan fisik motorik anak diantaranya yaitu deteksi dini terhadap gangguan perkembangan
dan pertumbuhan anak serta memberikan stimulus agar si kecil melewati tahap
perkembangannya dengan baik
B. Saran
Masa anak-anak perlu mendapatkan perhatian
yang lebih dari orang tua. Oleh karena itu orang tau sebaiknya melakukan test
atau pengecekan ke dokter spesialis secara rutin untuk memantau tahapan
perkembangan anak. Orang tua, pendidik dan orang-orang di sekitar anak
diharapkan mampu memberikan
stimulasi-stimulasi yang sesuai dengan
usia yang membantu perkembangan anak menuju tahapan yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.anakku.net/keterlambatan-perkembangan-motorik.html
John W. Santrock. Life-Span Development.
Jakarta: Erlangga. 2002.
Mussen,
Paul Hendry, dkk. Perkembangan dan Kepribadian Anak. (Jakarta: Erlangga.1984.
Musbikin Imam. Pintar Mengatasi Masalah
Tumbuh Kembang Anak.Jogjakarta: Flash Books. 2012.
Myrnawati
Crie Handini, Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, (Jakarta: Prodi PAUD PPs UNJ, 2012), volume 6 No.2
Papalia Olds Feldman. Human Development.
(Jakarta: Salemba Hunamika. 2009). h. 326-327.
Pedoman Pemantauan Perkembangan Denver II. Subbagian
Tumbuh Kembang Ilmu Kesehatan Anak RS Sardjito. 2004.
Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan
Masyarakat, 1997
bandarq
BalasHapusMarioqq
Kontes SEO
MarioQQ SEO
Cerita Rakyat Indonesia
Berita Viral
Berita Terkini
Lucinta Luna Hamil!
Marioqq
bandarq
agen bandarq
domino99
aduq
bandar66
kakek gokil
Ibu penyelasannya bagus😊
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTapi zaman sekarang ini kebanyakan orang tua tidak membebaskan anaknya untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya contohnya :anak di larang orang tua untuk bermain dengan teman-temannya,pada hal jika anak usia dini tidak di bebaskan orang tua untuk mengenal lingkungan sekitarnya ,maka akan mempengaruhi perkembangan fisik motorik anak,atau anak akan mengalami gangguan pada perkembangannya.
BalasHapusAgar dapat meberi bimbingan kepada anak dengan sebaik baiknya,orang tua perlu mengetahui bahwa pada umumnya anak akan melalui tingkatan-tingkatan atau tahap-tahap bermain.
BalasHapusUlfa Ramadhani :
BalasHapusAgar dapat meberi bimbingan kepada anak dengan sebaik baiknya,orang tua perlu mengetahui bahwa pada umumnya anak akan melalui tingkatan-tingkatan atau tahap-tahap bermain.
Ibu penjelasannya sdh bgus, memang benar orang tua prlu mndukung anaknya supya bisa berinteraksi dgn lingkungannya itu sangat membantu prtumbuhan dan perkembangan anak. Dgn bermain jg dia bisa belajar. Orang tua hnya prlu mngawasi.
BalasHapusDinda pratiwi:
HapusIbu penjelasannya sdh bgus. Memang benar orang tua prlu mndukung anaknya spya bisa berinterksi dgn lingkungannya,itu sangat mmbantu prtumbuhan dn perkmbangan ank. Dgn bermain anak jg bisa belajar org tua hnya prlu mngawasi.
Penjelasan mengenai perkembangan motorik anak ini sangat membantu saya dalam menambah wawasan dalam memahami perkembangan motorik anak.
BalasHapusZaitun S. Balosi
BalasHapusA41117094
Terkadang kita harus Bersabar dalam menghadapi anak kecil, karena berkembangnya suatu fisik motorik juga tergantung waktu dan keinginan anak untuk menguasai.
Marwah rahayu
BalasHapusSangat bermanfaat untuk kami 👍😊
penjelasan tentang gangguan fisik motorik pada anak usia dini sangat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi saya
BalasHapusEvandari
BalasHapusA41117083
penjelasannya sangat akurat dan bermanfaat bagi yang membacanya.
Siti Hartawati:
BalasHapusPenjelasannya sangat bagus. Ini sangat bermanfaat bagi saya dan teman-teman yang membaca.
Uni Setiawati
BalasHapusPenjelasannya bagus ibu. Semoga bermanfaat untuk kita semua😊
Semoga materi ini bisa dapat membimbing dan semoga bisa dapat bermanfaat bagi kita semua
BalasHapusMujizat:
BalasHapusPenyelasanya bagus. Semoga bermanfaat.
Sri devi:
BalasHapusPenjelasannya bagus bu dan bermanfaat untuk kita semua....
Isranur
BalasHapusMenurut sy materi tentang motorik yg ibu posting sangat bermanfaat untk meningkatkan gerak tubuh baik gerak motorik halus maupun motorik kasar dn dapat mnambah pengetahuan.
materi ini sangat bermanfaat bagi yang membacanya,apa lagi bagi orang tua anak usia dini
BalasHapusSeni kurnia
BalasHapusMaterinya bagus, bisa menjadi bahan belajar kami
LUSI RAHMAWATI
BalasHapusSemoga bermanfaat berguna untuk kita semua..
Materinya bagus dan jelas..