Rabu, 20 Februari 2013

KURIKULUM PERKEMBANGAN KOGNITIF


                                

Perkembangan kognitif anak melibatkan proses pertumbuhan dari cara berfikir dan berinteraksi dengan lingkungannya. Biasanya anak-anak belajar mengenal dunia melalui eksplorasi aktifitas fisik, dan secara bertahap berkembang menjadi kemampuan untuk berfikir secara simbolik dan logis tentang pengalamannya.

A. Tonggak Perkembangan dalam Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif ini juga melibatkan pembelajaran konsep-konsep baru dan mencoba berbagai bentuk pemikiran. Untuk memfasilitasi perkembangan ini, maka sangat penting untuk mengulas tentang pijakan perkembangan kognitif dan tindakan seorang guru untuk membantu perkembangan berfikir dan kemampuan logis serta mengatasi masalah.
Teori -Teori Perkembangan Kognitif :
a) Teori Piaget
Dalam teorinya ia menjelaskan rentangan perkembangan aktifitas kognitif:
1. Sensomotorik (usia lahir  - 24 bulan) 
Tahapan ini dibagi lagi menjadi 6 tahap, pada tahap ini bayi belajar pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek.
Tahapan ini dibagi menjadi 5 sub tahapan perkembangan
a. Sub-tahapan skema refleks
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier
f. Sub-tahapan awal representasi simbolik.

2. Periode Praoperasional (usia 2–7 tahun)
Fase ini merupakan permulaan anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak belum stabil dan belum terorganisir secara baik. Fase ini dibagi menjadi 3 sub fase berpikir:
Berpikir secara simbolik (usia 2 – 4 tahun)
Berpikir secara egosentris (usia 2 – 4 tahun)
Berpikir secara intuitif (usia 4 – 7 tahun)

3. Periode Operasional Konkret (usia 7 – 12 tahun)
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai dua belas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a. Pengurutan
b. Klasifikasi
c. Decentering
d. Reversibility
e. Konservasi
f. Penghilangan sifat Egosentrisme

4. Tahap Operasional Formal (usia 12 – dewasa)
Tahap Operasional Formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

b) Teori Vygotsky
  Belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik.
Empat prinsip dalam penerapan Teori Vygotsky
1. Belajar dan berkembang adalah aktifitas sosial dan kolaboratif
2. ZPD dapat menjadi pemandu dalam menyusun kurikulum
3. Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh dipisahkan dari pengetahuan anak yang dibangun dalam dunia nyata.
4. Pengalaman anak diluar sekolah harus dihubungkan dengan pengalaman mereka disekolah.

c) Teori Gardner
Enam aspek kecerdasan manusia, yaitu;
1. Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata, atau kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis.
2. Kecerdasan Visual Spasial
Visual spasial merupakan salah satu bagian dari kecerdasan jamak yang berhubungan erat dengan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar didalam pikiran seseorang, atau untuk anak dimana dia berpikir dalam bentuk visualisasi dan gambar untuk memecahkan sesuatu masalah atau menemukan jawaban.
3. Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan logika matematik adalah kecerdasan dalam hal angka dan logika. Kecerdasan ini melibatkan keterampilan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat.
4. Kecerdasan Musik
Kecerdasan musikal yaitu kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal, dengan cara mempersepsi (penikamat musik), membedakan (kritikus musik), mengubah (komposer), mengekspresikan (penyanyi).
5. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan fisik adalah suatu kecerdasan di mana saat menggunaknnya kita mampu melakukan gerakan-gerakan yang bagus, berlari, menari, membangun sesuatu, semua seni dan hasta karya.
6. Kecerdasan Personal
Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan diri kita untuk berpikir secara reflektif, yaitu mengacu kepada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri.
Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah berpikir lewat berkomunikasi dengan orang lain.

B. PENELITIAN MENGENAI PERKEMBANGAN KOGNITIF
Banyak penelitian dalam perkembangan kognitif yang dipusatkan pada egosentris anak, yaitu suatu karateristik yang membatasi kemampuan anak untuk mempertimbangkan pemikiran orang lain, terutama ketika pemikiran tersebut berbeda dengan yang mereka miliki. Seperti yang dikemukakan oleh Piaget, egosentris anak ditemukan dalam pikiran, bahasa, dan interaksi sosial mereka. 
Pada penelitian lain, peneliti menemukan anak tidak selalu bersifat egosentris. Anak-anak prasekolah terkadang dibatasi oleh sifat egosentris mereka, tetapi apabila dilakukan usaha yang efekif untuk mengurangi pengaruh dari pemikiran mereka maka anak akan lebih peka terhadap perbedaan pemikiran daripada apa yang mereka yakini. 
Penelitian lain juga menyatakan bahwa 
Daya ingat anak merupakan komponen dari berfikir dan belajar
Pengaruh budaya dalam perkembangan anak akan menghasilkan perbedaan kognitif dan gaya belajar
Pentingnya interaksi responsif, sensitif dan pengalaman perkembangan yang tepat serta interaksi sosial untuk anak dalam perkembangan otak mereka. 
Tanpa ikatan emosional dan pengasuhan yang tepat baik dari guru maupun orang tua, anak – anak akan menderita gangguan kemampuan kognitif.

C. FAKTOR PENDUKUNG PERKEMBANGAN KOGNITIF
Bermain adalah kegiatan yang paling penting untuk pertumbuhan kognitif anak-anak. Dalam belajar, anak-anak harus membangun pengetahuan dengan mengeksplorasi, bereksperimen, dan menemukan.
Kemampuan kognitif anak-anak dapat dibentuk dan diperluas melalui lingkungan bermain kreatif. Melalui bermain, anak-anak memperoleh jawaban atas pertanyaan mereka tentang dunia, menguji ide-ide baru dan konsep, berlatih memecahkan masalah dan keterampilan penalaran serta mengembangkan rasa senang dalam proses pembelajaran.
1) Memperluas Keingintahuan Anak
Anak membutuhkan guru yang mau mendengarkan mereka dan membantu mereka menemukan jawaban dari kesulitan yang mereka hadapi. Seorang pendidik anak usia dini yang mengharapkan untuk mengikuti petunjuk atau panduan perencanaan pembelajaran untuk mengajar anak-anak yang mempunyai karakter unik. Guru tidak perlu tahu semua jawaban atas pertanyaan anak-anak tetapi harus menghargai pikiran mereka dan siap untuk membantu anak-anak agar terlibat dalam proses belajar untuk menemukan jawaban yang mereka cari. Guru juga harus cerdas, berpengetahuan, sensitif, penasaran, dan menghormati kebutuhan anak-anak yang selalu ingin tahu. Guru harus menciptakan lingkungan kelas di mana anak-anak dapat mempelajari konsep-konsep dan ide-ide melalui bermain serta mengeksplorasi situasi dan memecahkan masalah bersama-sama melalui bermain.

2) Belajar Konsep Baru
Anak-anak tidak dapat menemukan ide atau konsep hanya dengan mendengar tentang suatu hal, mereka harus memiliki kesempatan untuk menyentuh, merasakan, bergerak, memanipulasi, dan mengeksplorasi untuk benar-benar memahami arti dari konsep.
 Anak juga membutuhkan pengalaman berulang serta bahan-bahan dalam rangka untuk mengeksplorasi dan menguji konsep-konsep baru. Guru akan membantu anak-anak untuk memperkuat pembelajaran mereka dengan memberikan kesempatan untuk mengulang permainan mereka dengan benda dan menerapkan berbagai konsep tentang benda lain, aktivitas atau situasi. Kegiatan belajar yang baru mendorong eksplorasi anak  dan manipulasi mendorong anak untuk  mempelajari konsep-konsep baru.

3) Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah
Guru yang menyediakan lingkungan kelas yang fleksibel di mana anak-anak didorong untuk bereksperimen dengan ide dan mencari cara-cara alternatif untuk memecahkan masalah. Di mana ada banyak kemungkinan dan berbagai cara mendorong anak-anak untuk berpikir, berinteraksi dan menciptakan suasana yang dapat mendorong anak untuk memecahkan masalah.
Guru juga meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dengan mendorong anak untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka dan mengeksplorasi berbagai alternatif yang mungkin daripada secara otomatis memberikan informasi anak, jawaban dan saran. Seorang guru yang terampil dan sensitif akan tahu kapan anak benar-benar membutuhkan bantuan dan dukungan dan juga akan tahu kapan mereka membutuhkan dorongan untuk menemukan solusi mereka sendiri dan resolusi.

4) Permainan Pendukung
Kenikmatan belajar anak juga didukung ketika guru memilih kegiatan yang memungkinkan anak-anak untuk mengeksplorasi kemampuan mereka yang unik, mengambil waktu mereka sendiri, dan bersenang-senang. Misalnya, seorang guru yang menyediakan berbagai bahan untuk sebuah proyek seni (misalnya, konstruksi kertas, benang, kain, pipa pembersih, kertas tisu dan lem) mendorong anak untuk berpikir, bereksperimen dan menciptakan sesuatu. Jenis kegiatan terbuka juga memungkinkan semua anak untuk mengalami kenikmatan dan keberhasilan terlepas dari tingkat perkembangan mereka. 

D. TUJUAN DAN AKTIVITAS UNTUK PERKEMBANGAN KOGNITIF
Bahasan ini akan membahas tentang tujuan khusus tentang perkembangan kognitif anak. Dilihat dari 4 aspek yaitu (1) penyelesaian masalah/pemikiran (2) konsep pembentukan (3) meniru atau ingatan and (4) mengklasifikasi. Kegiatan ini meliputi pada bayi, batita, and anak prasekolah.
1) Pemecahan Masalah
Anak memperoleh kemampuan kognitif saat mereka belajar untuk berpikir, memproses informasi, menyelesaikan masalah, dan mengetahui urutan peristiwa ataupun pengembangan sikap positif yang mengarah pada belajar. 
Tujuan khusus perkembangan pada bahasan ini yaitu :
1. Membantu anak untuk belajar berfikir untuk diri mereka sendiri
2. Mengajarkan anak untuk memikirkan jalan keluar bagi masalahnya dan dapat memberikan alternatif cara penyelesaian masalah
3. Membantu anak untuk menikmati dan tertarik pada belajar
4. Meningkatkan kemampuan anak untuk memahami kalimat, cerita atau urutan dari hal-hal logis
Berikut ini adalah beberapa aktivitas yang dapat dilakukan pada bayi, batita dan anak usia pra sekolah yang dapat dikembangkan sesuai dengan keberagaman tingkat perkembangan anak. Kegiatan ini dapat dilaksanakan di lingkungan luar sekolah (tidak di dalam kelas).
a) Kegiatan Bayi (Petak Umpet)
b) Kegiatan Batita (Membangun Bangunan Tinggi)
c) Kegiatan Anak Prasekolah (Perahu dan Beruang).

2) Konsep Pembentukan
Pada bahasan ini anak akan dibawa untuk mempelajari  konsep baru seperti interaksi dengan lingkungan dan pengujian dan menggunakan konsep baru. Tujuan khusus pengembangan kognitif pada bagian ini adalah:
1. Membantu anak belajar tentang lingkungan khususnya proses persepsi
2. Membantu anak belajar untuk mengidentifikasi warna dan bentuk
3. Mendorong anak untuk belajar  menghitung dan mengerti konsep angka
4. Meningkatkan kemampuan anak untuk memahami hubungan dengan objek dan tubuh mereka dalam ruang. 
Konsep pembentukan merupakan fasilitas yang sangat baik di dalam kelas dimana anak memiliki peluang untuk berpartisipasi aktif dan menguji ide-ide yang baru. Berikut ini adalah contoh aktivitas  sederhana  untuk bayi, batita dan anak usia pra sekolah yang dapat dikembangkan sesuai dengan keberagaman tingkat perkembangan anak. Kegiatan ini dapat dilaksanakan di lingkungan luar sekolah (tidak didalam kelas)
a) Kegiatan Bayi (Bentuk Bola)
b) Kegiatan Batita (Penempatan)
c) Kegiatan Anak Prasekolah (Bentuk Dimana-mana).

3) Meniru/Ingatan
Pengembangan dalam meniru dan ingatan pada anak melibatkan kemampuan mengingat kembali, meniru, dan perwakilan. Tujuan khusus perkembangan antara lain :
1. Mendorong anak untuk mengingat kembali objek yang dikenal dan peristiwa
2. Meningkatkan kemampuan anak dalam meniru model sikap, structur dan sebagainya
3. Membantu anak untuk belajar secara visual dan mewakili objek, personal dan peristiwa dibagian-bagiannya. 
4. Mendorong anak untuk mengingat kembali  pengalaman yang pernah didapat. 
Perkembangan ini dapat diperoleh oleh anak jika diberikan variasi  peluang  untuk menjawab pertanyaan, mendeskripasikan peristiwa. Berikut ini adalah kegiatan yang dapat dilakukan bagi bayi, batita, anak prasekolah. Dan kegiatan ini dapat puta dilakukan di luar sekolah. 
a) Kegiatan Bayi (Peek a Boo)
b) Kegiatan batita (Whats Wissing)
c) Kegiatan Prasekolah (Zoo Parade).

4) Asosiasi/Klasifikasi
Subdomain keempat di bidang kognisi adalah pengembangan asosiasi dan keterampilan klasifikasi. Membantu anak mengembangkan kemampuan kognitif spesifik dalam mengklasifikasikan kelompok obyek dan peristiwa dan belajar untuk membangun hubungan antara obyek dan peristiwa tugas utama dalam subdomain ini. Tujuan-tujuan pembangunan yang spesifik meliputi:
1. Mendorong anak untuk mengembangkan kemampuan mental yang spesifik dalam pencocokan, pengelompokan, pemesanan dan penggolongan.
2. Mendorong anak untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi penggunaan dan atribut dari benda, peristiwa, cuaca, bagian tubuh, dan sebagainya.
3. Membantu anak-anak belajar untuk memahami dan menyelesaikan pernyataan anologi.
4. Meningkatkan kemampuan anak untuk membangun hubungan antar objek.
Anak dapat membangun kemampuan untuk berlatih asosiasi dan keterampilan klasifikasi dalam lingkungan di mana mereka memiliki berbagai peluang untuk terlibat dalam kegiatan dan permainan yang melibatkan pencocokan, pengelompokan, dan mengklasifikasi. Berikut adalah beberapa contoh kegiatan untuk bayi, batita, dan anak-anak prasekolah yang dapat disesuaikan untuk berbagai tingkat perkembangan.
a) Kegiatan Bayi (Bau) 
b) Kegiatan Batita (Harta Karun)
c) Kegiatan Anak Prasekolah (Menyembunyikan dan Mencari Pasangan).




DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. (1969). Principles Modification Behavior Modification. New York: Holt, Rinehart, &Winston
Bandura, A. (1977).Social Learning Theory. Upper Saddle River, NM: Merril/Prentice Hall.
Belmont, J. (1989). Cognitive Srategies and Strategic Learning: The Socio-Intructional appoarch. Amerikan Psychologist, 44, 142-148.
Cohen, R. (1971). The Influence Of Conceptual rule-sets on measures of learning ability. In M. Tumin, (Ed), Race And Intelligence (pp. 89-96). Washington, DC:American Anthropologiocal Association.
Donaldson, M. (1978). Children’s Minds. New York:Norton.
Families and Work Institute. (1996, June). Rethinking The Brain: New Insigh Into Early Development. Executive summaqry of the conference on brain defelopment in Young Children:newFronties for reserch, Policy, and practice, Universiti of chicago
Flavell, J. (1970). Cognitive Development. Englewood Cliffs, NJ: Prentice- Hall.
Gardner, H. (1983). Frames Of Mind: The Theory Of Multiple Intelligence. New York:Basic Books.
Gunnar, M. Dampening Of Behavioral and adrenocortical reactivity during early infancy:normative changes and individual differences. Child Deveplopment, 67(3), 877-889
Hale-Benson, J. (1981). Black children:Their roots, culture, and learning style.Young Children, 36(2), 37-50
Hendrick, J. (1998). Total Learning: Developmental Curriculum For The Young Child (5th ed). Upper Saddle river, NJ: Merrill/Prentice Hall
Hilliard, A.(1976). Alternatives To IQ Testing:An Approach To The Identicifation Of Gifted Minority Children. Final report to the calofornia state departement of education.
Leister-Willis, C. (1997). What new research on the brain tells us about our youngest children:Summary on the white house conference on early chilhood. Dimension, 25(2), 20a-d.
Maratsos, M.(1973). Non-Egocentrick communication abili-ties in preschool children. Child Development, 44, 697-700.
Newberge, J.(1997). New brain development research-A Wonderfull opportunity to build publick support for early chilhood education! young childrent, 52(4), 4-9.
Piaget, j,& Inhelder, B(1969). The psychology of the child. New York: Basic Books.
Rogers, C. S & Sawyers, J. K (1988). Play in  the lives of children. Washington, DC: National Association for the Education of Young Children.
Roggof, B. (1990). Apprenticeship In Thinking: Cognitive Development In Social Context.New York: Oxford University Press.
Roggof, B &Misrty, J.(1985). Memory Development in cultural context. In M. Pressley & C. Brainer (Eds), Proggress In Cognitive Development. New York:SpringerVerlag.
Strenberg, R. (1985). Beyond IQ: Atriachic Theory Of Human Intellegence. New York:Cambridge University Press


Tidak ada komentar:

Posting Komentar