1.
Maslow
Abraham
Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi
Humanistik. Maslow
percaya bahwa ,manusia tergerak
untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah
teori tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki Kebutuhan Kehidupan
keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan
psikologisnya.
Psikolog
humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk
merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan
aktualisasi diri.Untuk membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap
situasi yang terjadi di sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih,
Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental yang sehat, dibanding
mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan mental. Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami "puncak pengalamannya"
saat manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan
Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak
puncak dari pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya.
Adapun
hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
- Kebutuhan fisiologis atau
dasar
- Kebutuhan akan rasa aman
- Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
- Kebutuhan untuk dihargai
- Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Maslow
memperluas cakupan prinsip homeostatik ini kepada kebutuhan-kebutuhan tadi,
seperti rasa aman, cinta dan harga diri yang biasanya tidak kita kaitkan dengan
prinsip tersebut. Maslow
menganggap kebutuhan-kebutuhan defisit tadi sebagai kebutuhan untuk
bertahan.Cinta dan kasih sayang pun sebenarnya memperjelas kebutuhan ini sudah
ada sejak lahir persis sama dengan insting
a. Kebutuhan
Fisiologis
Pada tingkat
yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan
udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh kekurangan (defisi)
sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan. Kebutuhan ini dinamakan juga
kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan
yang sangat estrim (misalnya kelaparan) bisa manusia yang bersangkutan
kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia
tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu.
Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif sudah tercukupi, muncullah
kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety needs).
b. Kebutuhan
Rasa Aman
Jenis
kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas,
perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari
rasa takut dan cemas dan sebagainya. Karena adanya kebutuhan inilah maka
manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuatsistem, asuransi, pensiun dan sebagainya. Sama halnya dengan basic needs, kalau safety
needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan
seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya
akan cenderung ke arah yang makin negatif.
c. Kebutuhan
Dicintai dan Disayangi
Setelah
kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk
dimiliki dan dicintai (belongingness and love needs). Setiap orang ingin
mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra dengan orang lain.Ia
ingin mencintai dan dicintai. Setiap orang ingin setia ka33wan dan butuh kesetiakawanan.Setiap orang pun ingin
mempunyai kelompoknya sendiri, ingin punya "akar" dalam masyarakat. Setiap orang
butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga, sebuah kampung, suatu margadll. Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga akan
merasa sebatang kara, sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja
merasa dirinya pengangguran yang tidak berharga.Kondisi seperti ini akan
menurunkan harga diri orang yang bersangkutan.
d. Kebutuhan
Harga Diri
Di sisi
lain, jika kebutuhan tingkat tiga relatif sudah terpenuhi, maka timbul
kebutuhan akan harga diri (esteem needs). Ada dua macam kebutuhan akan harga diri. Pertama adalah
kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri dan
kemandirian.Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang
lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggaan, dianggap penting dan apresiasi
dari orang lain.Orang-orang yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan
tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain dan
selalu siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang
tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization).
e. Kebutuhan
Aktualisasi Diri
Kebutuhan
ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun
secara hirarki, melainkan saling mengisi.Jika berbagai meta kebutuhan tidak
terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan, putus
asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri,
kehilangan selera dan sebagainya
2. Sarah Smilansky
Sarah Smilansky adalah seorang guru besar di Tel Aviv,
University Israel. Smilansky peduli terhadap psikologi anak dan mengemukakan
tentang “Pengembangan kognitif anak
melalui permainan.”
Diyakini melalui permainan dan pengalaman nyata membuat anak mempunyai
imajinasi.
Smilansky dalam Dockett dan Fleer (1999:59) percaya bahwa
pendidikan anak usia dini merupakan hal yang sangat fundamental dalam
memberikan kerangka terbentuknya perkembangan dasar-dasar pengetahuan, sikap
dan keterampilan pada anak. Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia
dini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan kosep-konsep dasar yang
memiliki kebermaknaan melalui pengalaman yang nyata, sehingga anak dapat
memperoleh pengetahuan baru untuk menunjukkan kreativitas dan rasa ingin tahu
secara optimal.
Pada rentangan usia ini anak akan mengalami masa
keemasan/Golden
Age dimana anak mulai peka
terhadap diri dan lingkungannya dengan melalui stimulasi yang diberikan. Masa
ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif,
afektif, psikomotorik, bahasa, sosio emosional dan spiritual.
Menurut Smilansky, setiap anak harus mengalami pengalaman
main yang banyak. Anak usia dini belajar melalui panca inderanya dan melalui
hubungan fisik dengan lingkungan. Kebutuhan sensiomotorik anak didukung ketika
disediakan kesempatan untuk berhubungan luas atau didalam ruangan. Untuk itu,
berikan kesempatan untuk bergerak secara bebas bermain di halaman, dilantai,
atau dimeja dan dikursi. Kebutuhan sensori motor anak didukung bila lingkungan
baik didalam maupun diluar ruangan menyediakan kesempatan untuk berhubungan
dengan banyak tekstur dan berbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang
mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak. Piaget dan Smilansky dalam
Dockett dan Fleer (1999:59-60) mengemukakan tahapan bermain pada anak usia
dini, sebagai berikut:
1. Bermain
Fungsional (Fungcional Play)
Bermain
seperti ini berupa gerakan yang bersifat sederhana dan berulang-ulang
contohnya: berlari-lari, mendorong dan menarik mobil-mobilan.
2. Bermain
Membangun (Constructive Play)
Kegiatan
bermain ini untuk membentuk sesuatu, menciptakan bangunan dengan alat permainan
yang tersedia contohnya menyusun puzzle, Lego, atau Balok Kayu.
3. Bermain
Pura-pura (Make-believe play)
Anak
menirukan kegiatan orang yang dijumpainya sehari-hari atau berperan/memainkan
tokoh-tokoh dalam film kartun atau dongeng. Dimana anak melakukan peran
imajinatif atau memerankan tokoh yang dikenalnya melalui film/dongeng/cerita
lebih ditekankan pada bermain makro. Contoh dokter-dokteran, polisi-polisian,
atau meniru tukang bakso.
4. Bermain
dengan peraturan (Game with rules)
Dalam
kegiatan bermain ini, anak sudah memahami dan bersedia mematuhi peraturan
permainan. Aturan permainan pada awalnya dapat dan boleh diubah sesuai
kesepakatan orang yang terlibat dalam permainan aslkan tidak menyimpang jauh
dari aturan umumnya, misalnya bermain kartu domino, bermain tali atau monopoli.
Khusus tentang Dramatic play, Smilansky meyakini bahwa
bermain melalui dramatic play sangat penting dalam mengembangkan kreativitas,
intelektual, bahasa dan keterampilan social dan emosional. Tidak semua anak
memiliki pengalaman dramatic play. Pada intinya bermain sangat mendukung
perkembangan kognitif anak, social dan emosionalnya dan juga merupakan kegiatan
yang sangat kondusif semua aspek perkembangan anak. Melalui dramatic play anak
dapat mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah, belajar
menampilkan peran yang dapat diterima lingkungannya dan juga keterampilan
bersosialisasi agar kelak mampu menyesuaikan diri dengan kelompok social di
masyarakat ataupun teman sebayanya.
3. Erikson
Erik
Erikson, seorang psikoanalis Jerman sangat dipengaruhi oleh Sigmund Freud,
menjelajahi tiga aspek identitas: identitas ego (diri), identitas pribadi
(personal keistimewaan yang membedakan seseorang dari yang lain, identitas
sosial / budaya (kumpulan peran sosial seseorang mungkin bermain). Teori psikososial Erikson pembangunan mempertimbangkan
dampak dari faktor eksternal, orang tua dan masyarakat pada pengembangan
kepribadian dari kecil hingga dewasa. Menurut teori Erikson, setiap orang harus
melewati serangkaian delapan tahapan yang saling terkait melalui seluruh siklus
hidup.
1.
Bayi (Harapan) - Dipercaya Dasar vs Ketidakpercayaan
2.
Balita (Will) - Otonomi vs Malu
3.
Anak prasekolah (Tujuan) - Inisiatif vs Guilt
4.
Sekolah-Usia Anak (Kompetensi) - Industri vs Rendah
diri
5.
Remaja (Fidelity) - Identitas vs Difusi Identitas
6.
Dewasa Muda (Cinta) - Intimacy vs Isolation
7.
Setengah baya Dewasa (Perawatan) - generativitas vs
Self-penyerapan
8.
Lama Dewasa (Wisdom) - Integritas vs Keputusasaan
4. Jean Piaget
Jean Piaget adalah seorang ilmuwan yang dilahirkan di
Neuchatel, Swiss. Piaget merupakan anak yang jenius, artikel pertamanya terbit
pada usia 12 tahun. Pada usia 18 tahun meraih gelar sarjana dan mendapatkan
gelar doctor di usia 21. Piaget adalah seorang ahli dalam bidang biologi dan
yang kemudian tertarik terhadap cara berpikir anak.
Piaget dalam Suparno (2003:20) berpendapat bahwa anak
perlu diberikan berbagai pertanyaan untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya.
Piaget melakukan penelitian longitudinal melalui pengamatan tentang
perkembangan intelektual pada ketiga
anaknya. Pada tahap selanjutnya Piaget juga melakukan riset pada ribuan anak
lainnya.
Menurut pandangan Piaget, intelegensi anak berkembang
melalui suatu proses active learning. Para pendidik hendaknya
mengimplementasikan active learning
dengan cara memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat secara aktif dalam
kegiatan yang dapat mengoptimalkan penggunaan seluruh panca indra anak.
Ketika Piaget bekerja sama dengan binet dalam
pengembangan tes untuk mengukur intelegensi, ia sangat tertarik dengan jawaban
salah yang diberikan oleh seorang anak dalam tes yang diberikan kepada mereka,
sehingga ia ingin tahu dan meneliti lebih lanjut apa yang ada dibelakang
pemikiran anak terhadap jawaban salah tersebut.
Berdasarkan
hasil penelitiannya, Piaget sampai pada kesimpulan bahwa:
1. Anak
bermain dan berpikir aktif dalam
mengembangkan kognitif mereka
2. Kegiatan
mental dan berpikir sangat penting untuk mengembangkan kegiatan anak
3. Pengalaman-pengalaman
sebagai bahan mentah untuk mengembangkan struktur mental anak.
4. Anak
berkembang melalui interaksinya dengan lingkungan
5. Perkembangan
terjadi sebagai hasil dari kematangan dan interaksi antara anak,lingkungan
fisik dan social anak.
Disamping itu piaget mengemukakan tentang konsep dasar
yang dapat mendukung perkembangan anak, yaitu: (1) semua orang membutuhkan
belajar begaimana membaca dan menulis, (2) Anak belajar dengan baik dengan
menggunakan panca inderanya, (3) Semua anak dapat dididik, (3) Semua anak harus
di didik untuk memaksimalkan kemampuannya, (4) Pendidikan harus dimulai sejak
dini, (5) Anak tidak harus dipaksa untuk belajar, tetapi harus sesuai dengan
kesiapan belajar menekan dan harus mempersiapkan pada tahap selanjutnya, (6)
Kegiatan belajar harus menarik dan berarti bagi anak, (7) Anak dapat belajar
aktivitas berdasarkan keterkaitanya.
a.
Cara
Anak Memperoleh Pengetahuan
1) Melalui
interaksi social, anak mengetahui sesuai dari manusia lain ketika anak meneliti
atau melihat sesuatu, anak tersebut akan tahu tentang objek jika diberitahu
oleh pihak lain.
2) Melalui
pengetahuan fisik, yaitu mengetahui sifat fisik dari suatu benda. Penegetahuan
ini diperoleh dengan menjelajah dunia yang bersifat fisik, melalui kegiatan
tersebut anak belajar tenang sifat bulat, panjang, pendek, keras, lemah, dingin
atau panas. Konsep tersebut didapat dari pemahaman terhadap lingkungan dimana
anak berinteraksi langsung.
3) Melalui
logika Mathematical, meliputi pengertian tentang angka, seri, klasifikasi,
waktu, ruang, dan konversi.
b.
Implementasi
dalam Pembelajaran Anak Usia Usia Dini
Untuk membangun pengetahuan pada anak diperlukan metode
pembelajaran yang tepat agar pengetahuan yang ingin dibangun oleh anak dapat
terinternalisasi dengan baik, metode tersebut antara lain:
1) Metode
praktek langsung, melalui kegiatan praktik langsung diharapkan anak akan dapat
pengalaman melalui interaksi langsung dengan objek.
2) Metode
cerita, anak akan mendapat pengetahuan tentang bagaimana cara menyampaikan
pesan pada orang lain mampu memahami pesan-pesan ingin disampaikan.
3) Metode
Tanya jawab, membangun pengetahuan melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
sehingga anak dapat menjawab dan membuat pertanyaan sesuai informasi yang ingin
diperoleh.
4) Metode
Proyek, memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan eksplorasi pada
lingkungan sekitar sebagai proyek belajar.
5) Metode
Bermain Peran, anak dapat mengembangkan pengetahuan social karena dituntut
untuk mempelajari dan memperagakan peran yang akan dimainkan.
6) Metode
Demonstrasi, menunjukkan/memperagakan suatu tahapan kejadian, proses dan
peristiwa.
5. Lev Vygotsky
Lev Vygotsky dikenal sebagai a socialcultural construvist
asal Rusia. Vygotsky dalam Bordova dan Deborah (1996:23) berpendapat bahwa “penegetahuan tidak diperoleh
dengan cara di alihkan dari orang lain, melainkan merupakan sesuatu yang dibangun
dan diciptakan oleh anak.”
Vygotsky yakin bahwa belajar merupakan sesuatu proses yang tidak dapat dipaksa
dari luar karena anak adalah pembelajar aktif dan memiliki struktur psikologis
yang mengendalikan perilaku belajarnya (Bordova dan Deborah, 1996:23).
Selanjutnya teori revolusi sosio kulturalnya, Vygotsky
mengemukakan bahw
a manusia memiliki alat berpikir (tool of mind) yang
dapat dipergunakan untuk membantu memecahkan masalah, memudahkan dalam
melakukan tindakan, memperluas kemampuan, melakukan sesuatu sesuai kapasitas
alami (Bordova dan Deborah, 1996:26) Vygotsky mengemukakan beberapa kegunaan
dari alat berpikir manusia yaitu:
1. Membantu
memecahkan masalah, sesorang akan mampu mencari jalan keluar terhadap masalah
yang dihadapinya, anak-anak akan mencoba memecahkan masalah dalam permainan
yang sedang dikerjakan (mencari jejak).
2. Memudahkan
dalam melakukan tindakan, dengan alat berpikirnya, setiapindividu akan dapat
memilih tindakan atau perbuatan seefektif dan seefesien mungkin dalam mencapai
tujuan itu merupakan cerminan dari fungsinya alat berpikir.
3. Memperluas
kemampuan, melalui berbagai eksplorasi yang dilakukan soorang anak melalui
panca inderanya, maka akan semakin banyak hal yang akan ia ketahui.
4. Melakukan
sesuatu yang sesuai dengan kapasitas alaminya, alat berpikir berkembang secara
alami, mengikuti apa yang terjadi disekitarnya. Semakin banyak stimulasi yang
diperoleh anak dalam berinteraksi dengan lingkungan, maka akan semakin cepat
berkembang fungsi pikirnya.
Prinsip dasar dari teori Vygotsky adalah bahwa anak
melakukan proses ko-konstruksi membangun berbagai penegetahuannya tidak dapat
dipisahkan dari konteks social dimana anak tersebut berada. Penegetahuan juga
berasal dari lingkungan budaya. Pengetahuan yang berasal dari budaya biasanya didapatkan secara turun temurun
melalui orang-orang yang berada disekitar. Penegethuan dibangun oleh anak
berdasarkan kemampuan dalam memahami perbedaan berdasarkan persamaan yang
tampak.
Peningkata kualitas kognitif terasa dari kehidupan
sosialnya, bukan sekedar dari individu itu sendiri. Teori Vygotsky lebih tepat
disebut sebagai pendekatan ko-konstruktivisme yaitu proses membangun
pengetahuan baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat
didalamnya. Vygotsky
percaya bahwa Kognitif tertinggi yang berkembang saat anak berada disekolah
yaitu saat terjadinya interaksi antara anak dan guru. Pengetahuan yang
diberikan secara termakna bagi anak akan memberikan dampak yang berharga bagi
anak.
Penerapan teori konstruktivisme dalam program kegiatan bermain
pada anak usia dini haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) anak
hendaknya memperoleh kesempatan luas dalam kegiatan pembelajaran guna
menegembangkan potensinya; 2) pembelajaran pada anak usia dini hendaknya
dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensial daripada perkembangan
aktualnya; 3) program kegiatan bermain lebih diarahkan pada penggunaan
strategi; 4) anak diberikan kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan
pengetahuan deklaratif yang telah dipelajari dengan pengetahuan procedural
untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah dan; 5) proses belajar dan
pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi lebih merupakan
ko-konstruksi.
Vygotsky memandang bermain sebagai kegiatan social. Pada
awalnya, anak-anak bermain secara solitary (bermain secara sendiri-sendiri),
seiring dengan kematangan kognitif anak dan berkurangnya egosentris, permainan
anak menjadi lebih social.
Cara Belajar Anak Usia Dini
Berhubungan
dengan proses pembentukan, Vygotsky mengemukakan konsep Zone of Proximal
Development (ZPD), Hukum genetic tentang perkembangan dan Mediasi.
1. Hukum
genetic tentang perkembangan (Genetic Law of Development)
Kemampuan
sesorang untuk tumbuh dan berkembang melewati 2 tatanan, yaitu tatanan social
tempat orang-orang membentuk lingkungan sosialnya dan tatanan psikologis
didalamdiri orang yang bersangkutan. 4 tahapan yang terjadi dalam perkembangan dan
pembelajaran:
1. Tindakan
anak masih dipengaruhi/dibantu orang lain
2. Tindakan
anak didasarkan atas inisiatif sendiri
3. Tindakan
anak berkembang spontan dan terinternalisasi
4. Tindakan
spontan akan terus diulang-ulang hingga anak siap untuk berpikir secara
abstrak.
2. Mediasi
Merupakan tanda, lambing dan bahasa mediator
yang berasal dari lingkungan sosiokultural dimana seseorang berada. Dalam kegiatan
pembelajaran anak dibimbing oleh orang dewasa/teman sebaya yang lebih kompeten
untuk memahami tanda, lambing dan bahasa merupakan penghubung antara
rasionalitas sosiokultural (internal) dengan individu sebagai tempat
berlangsungnya proses belajar. Sebagai mediator, bahasa sangat penting dalam
perkembangan kognisi anak. Bahasa dapat menjadikan anak berimajinasi,
memanipulasi, menciptakan gagasan baru dan membagi gagasan tersebut dengan
orang lain.
Implementasi Model
Pembelajaran Vygotsky
Kegiatan
pembelajaran berdasarkan teori belajar Vygotsky antara lain:
1. Menyusun
balok
Diharapkan
anak-anak dapat membangun imajinasinya tentang bentuk dan ruang memanipulasi
bangunan dari balok-balok yang telah tersedia.
2. Menyampaikan
cerita
Menyampaikan
cerita biasanya memberikan keuntungan dalam menegembangkan bahasa dan
kreativitas. Mendorong perkembangan
ketajaman ingatan,berpikir logis dan pengendalian diri.
3. Permainan
dramatik
Merupakan
suatu kegiatan mengungkapkan seluruh fungsi mental tinggi, pengendalian diri
dan berbagai fungsi simbolik.
4. Penulisan
jurnal
Anak
melakukan komunikasi dengan orang lain melalui berbagai ungkapan secara
tertulis.
6.Howard Gardner
Seorang psikolog di Harvard University, mempelajari dan
mengembangkan pandangan analitis berdasarkan pada pengorganisasian kecerdasan
manusia bukan sebagai satu elemen, tetapi oleh tujuh kategori berikut
kecerdasan. Gardner menyampaikan bahwa setiap orang adalah campuran dari semua
tujuh, dalam berbagai derajat. Dengan melihat melalui "lensa" dari s
Gardner, kita bisa melihat satu atau dua kecerdasan dominan berdiri di setiap
orang yang kita kenal, termasuk diri kita sendiri. Kecerdasan lainnya yang
jelas dalam mengurangi dominasi dan kekuatan lebih lanjut kita menganalisis.
Mari kita daftar tujuh dan membahas setiap sedikit. Tubuh-Kinestetik Kecerdasan Orang dengan bentuk kecerdasan saja tidak bisa duduk
diam. Mereka menggoyangkan terus-menerus, membuat suara dengan mulut mereka,
jari, kaki, tangan, baik oleh terus-menerus menekan atau mencicit dan berkotek.
Mereka tidak sabar untuk berada di luar bermain, berlari, memanjat pohon-sebut
saja. Sebagai orang dewasa, mereka gelisah, mungkin doodle sementara di
telepon. Jika seseorang kinestetik-jasmani memiliki keterampilan atletik juga,
dia atau dia mungkin akan sangat baik di olahraga, menari, dan kegiatan
lainnya.
Seorang anak dengan jenis intelijen tidak akan bergaul dengan baik dalam
lingkungan sekolah yang khas. Sebagian besar sekolah mengajar anak-anak dengan
cara yang lebih kondusif bagi kecerdasan logis-matematis. Interpersonal Intelijen, Orang dengan
bentuk kecerdasan memiliki kepribadian yang kuat dan sensitif terhadap orang
lain dan apa yang terjadi di sekitar mereka secara umum. Mereka membuat jenis
sosial yang besar. Host masyarakat yang berhasil dan hostes yang mengadakan
pesta di kota-kota komersial besar akan memiliki kecerdasan interpersonal yang
kuat, tahu persis siapa yang harus mengundang untuk peristiwa jaringan penting
serta siapa yang harus duduk bersama-sama dan siapa yang harus memisahkan.
Daftar Pustaka
Abraham
H. Maslow. 1964. Religion, Value, and Peak-Experiences. Columbus: Ohis
State University Press. Hlm. 8.
C. George Boeree.
2006. Personality Theories. Yogyakarta: Primasophie. Hlm. 277-290.
Ibid. “Tahapan
Pengembangan Intelektual Anak-anak dan Remaja" Anak DevelopmentInstitute.
-------"Belajar Melalui Play: Putar
Fungsional." FB Meekins Preschool Koperasi.
Http://www.fbmeekins.org/attachments/146 Learning Through Play2 Functional play.pdf (diakses 4
Oktober 2012.)
Sarlito W. Sarwono.
2002. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi.
Jakarta: Bulan Bintang. Hlm. 174-178.
Soegeng Santoso.
Pendidikan Anak Usia Sini. Jakarta: Citra Pendidikan Indonesia, 2002.
Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Indeks hak cipta Bahasa Indonesia, 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar